Selasa, 23 November 2010

Indrawan Nugroho : Creativity Absolutely Matters !!!

Oleh Made Teddy Artiana, S. Kom


Ketika mendapat kesempatan untuk mengunjungi Macau, dalam sebuah perjalanan berantai Hongkong-Macau-Shenzhen, aku dan istri menyempatkan diri untuk singgah dibeberapa kasino besar disana. Salah satunya, City of Dreams. Sama sekali tidak bermaksud untuk berjudi, karena selain tidak paham, agama melarang segala bentuk perjudian. Lebih kepada rasa ingin tahu, seperti apa sih suasana sebuah kasino, itu yang pertama. Yang kedua, membandingkan suasana kasino-kasino disana. Survey menunjukkan, ada hal yang unik dan berkesan yang hanya kami di City of Dreams. Tidak seperti Venetian, Grand Lisboa dan saudara sepupu mereka lainnya, City of Dreams punya sebuah pertunjukkan unik. Animasi mermaid (putri duyung). Dua orang putri duyung (manusia dengan tubuh setengah ikan) melenggak-lenggok cantik, menggoda para pengunjung. Walaupun hanya animasi, namun ukuran fisik dan gerakan keduanya memang begitu mirip dengan manusia layaknya. Saking menariknya, pertunjukkan ini jadi agak susah untuk diabaikan begitu saja. Ide yang sangat kreatif, tidak hanya untuk mencuri perhatian pengunjung, melainkan juga menciptakan ‘sesuatu yang lain’ untuk kemudian ‘menular’ lewat cerita kepada orang lain. The power of Word of Mouth.

Itu juga hal yang terlintas dipikiranku ketika untuk kesekian kalinya, ikut menjadi saksi bagaimana ide kreatif seorang Indrawan Nugroho mewujud nyata. Mas Indra –begitu ia disapa- adalah salah satu pentolan www.kubik.co.id yang memang terbilang aktif menuangkan karya-karyanya kedalam sebuah produk Inter-train-ment menarik bertajuk sama dengan judul bukunya : DNA Sukses Mulia. Sebuah tayangan dengan konsep “luar biasa” yang tidak saja menghibur, namun juga memotivasi para pesertanya demi meraih kehidupan terbaik mereka.

Bagaikan Doraemon dengan kantung ajaib, seorang Indrawan Nugroho seolah tidak pernah kekurangan ide dalam mengembangkan karya dan kerjanya. Sebagai sebuah produk, Mas Indra seolah tidak pernah berhenti mengingatkan khalayak bahwa DNA Sukses Mulia, jelas berbeda.

Ini tentu saja tidak mudah. Kreatifitas, tekad bulat dan kerja keras adalah mesin-mesin produksinya. Sementara otak, keringat, air mata dan doa yang tiada putus, adalah bahan-bahan penyusunnya.

Meminjam istilah suhu para creative junkies di Indonesia, Bang Yoris Sebastian, dalam sebuah buku bercover unik, Oh My Goodness, buku pintar seorang Creative Junkies, yaitu : thinking out of the bos, execute inside the box. Ide-ide ‘nyeleneh’ seorang Indrawan Nugroho bukan hanya baru di dunia permotivasian, tapi justru disinilah angin segar berhembus. Sehingga seminar-seminar motivasi, tidak lagi seragam dan mulai menjenuhkan, saking banyaknya produk serupa. Terobosan dahsyat.

Sebagai orang muda yang juga berkiprah di dunia kreatif, baik photography, tulis-menulis maupun event organizer (Seven Doors : creativity matters !) yang selalu harus menjadi gudang ide-ide kreatif, aku pribadi menganggap ini sangat membanggakan.

Bandingkan dengan orang-orang muda kita saat ini. Diberbagai tayangan televisi kerap kali kita melihat betapa generasi muda kita, menghabiskan energi muda mereka dalam sebuah aksi-aksi yang tidak seharusnya. Misalnya saja, konflik-konflik kekerasan yang seharusnya tidak perlu terjadi : bakar kampus, merusak sekolah, tawuran dsb. Menyaksikan pula betapa bejibun jumlah pemuda yang terbius sedemikian rupa dengan gaya hidup, lalu berangan-angan jadi seleb : banyak uang, gaya, foya-foya, ngobat dan seks bebas. “Ngimpi !!!”, timpal Jin Jawa dalam sebuah iklan produk di televisi. Belum lagi mentalitas cengeng, yang begitu mudah kita temui dikalangan pemuda. Mudah menyerah oleh tekanan hidup, cepat bilang : “mentok”, “BeTe” dll dan ujung-ujungnya : bunuh diri di mall. Salah arah, atau lebih tepatnya sama sekali tanpa arah. Jadi brondong hangus tak berguna !!

Ini juga membuatku berkaca, tentang kontribusi apa yang telah aku sumbangkan –lewat energi muda yang ada pada diriku, secara langsung atau tidak langsung- kepada manusia lain, sehingga berdampak membuat kehidupan menjadi lebih mulia. Jangan-jangan selama ini aku hanya sibuk memikirkan diriku sendiri, hidupku sendiri dalam skala-skala kecil penuh ketakutan dan kepicikan. Sehingga, jangankan sesama diujung-ujung bumi sana, bahkan orang-orang sekitarkupun tidak merasakan jika aku ini sebenarnya masih ada dan ‘hidup’ di dunia.

Maju terus Mas Indra ! Lanjutkan kontribusi nyata Anda bagi kehidupan. Jangan pernah berhenti menginspirasi tentang bagaimana seharusnya seorang muda, mengarahkan otak-otak mereka yang paling cerdas, serta energi yang menyala-nyala untuk sebuah kehidupan yang bermanfaat bagi masyarakat, agama dan bangsa mereka. Sejauh ini kehidupan masih mengisyaratkan : bahwasannya TUHAN mencatat setiap tetesan usaha dalam kebaikan yang kita kerjakan. Sekecil apapun itu, tiada pernah yang sia-sia. Karena IA tidak akan pernah membiarkan diri-Nya berhutang pada manusia. Entah itu keburukan, apalagi sebuah kebaikan. (*)

Senin, 15 November 2010

Resep Hidup dari Sekolah Taman Kanak-Kanak


Resep Hidup dari Sekolah Taman Kanak-Kanak
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom


Inilah yang biasa kami kerjakan pada hari Selasa, Kamis, Sabtu pagi : bangun awal, menuju lokasi jogging track kami dan berolah raga. Tetapi hari ini ada yang sedikit berbeda. Sehabis erobik, kami mampir ke tukang bubur langganan di daerah Halim sana. Nyabu alias nyarap bubur, sambil duduk-duduk di dalam areal Taman Kanak-Kanak Angkasa 5 Halim. TKA 5 kali ini tampak agak meriah. Ada foto-foto terpajang disana-sini, rupanya mereka baru saja mengadakan sebuah kegiatan seru. Yang tak kalah menarik, 4 gantungan kalimat dalam bahasa Inggris dan Indonesia yang diletakkan berjajar agak tinggi di lorong sekolah. Kalimat-kalimat itu adalah :

“Cleanliness is the part of faith”
“Discipline is the early of success”
“No day without any achievement”
“Pray, play and study is my day activity”

Mari kita perhatikan bersama-sama. Yang pertama, Kebersihan adalah bagian dari iman. Slogan klise yang agak sering kita dengar. Bisa jadi yang dimaksud tidak hanya kebersihan, namun dampak lebih jauh dari sebuah kebersihan, yaitu kesehatan. Ini penting karena betapapun suksesnya kita, jika tidak sehat. Hidup pastilah tidak dapat kita nikmati sepenuhnya.

Lalu, kedisplinan adalah permulaan dari kesuksesan. James Gwee mengatakannya sedikit berbeda : discipline is the bridge between your dream and success. Banyak orang terbuai dengan cita-cita dan kesuksesan, dan melupakan bahwa untuk meraih semua itu besar kemungkinan diperlukan sesuatu bernama : disiplin. Tidak selalu berupa kerja keras, tetapi paling tidak sebuah disiplin untuk menjaga kesuburan mimpi kita agar tidak lenyap oleh fakta sementara.

Kemudian, achievement atau pencapaian. Ini berbicara tentang standar hidup. Pencapaian yang seharusnya tidak boleh dikompromikan, namun tetap harus fleksibel. Setiap hari haruslah berguna.

Dan yang terakhir yang paling menarik. Berdoa, bermain dan belajar adalah aktivitas keseharian kami. Ini sebuah nasehat sangat bijaksana bagi kita, orang dewasa (tua) yang seringkali terlalu serius dengan hidup ini. Kita lupa untuk memberi makan roh/spirit kita dengan menjalin hubungan dengan Sang Pemilik Hidup, TUHAN lewat berdoa. Kemudian tak sempat lagi meluangkan waktu untuk menikmati indahnya hidup lewat permainan (hiburan) yang merupakan makanan bagi jiwa. Dan terakhir lupa bahwa setua apapun kita, yang namanya manusia, sampai kapanpun juga harus tetap b-e-l-a-j-a-r.

Terus..bagaimana dengan bekerja ? Apakah kita tidak perlu bekerja ? rasanya beerja yang benar seharusnya mengandung ketiga unsur diatas : berdoa, bermain dan belajar. Ini sangat kontras dengan yang dijalani oleh sebagian besar dari kita sekarang : Kerja, kerja dan kerja !!! (*)


Selasa, 09 November 2010

Wajah “Angker” Milik TUHAN

oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom



“Itu kakak saya..!!”, teriak lelaki itu histeris, “Ya itu ..kakak saya ! Kakak saya..Ya Allah.. tolong dikasih nama ya Pak !”
Sang Adik mencari kakaknya yang akhirnya ditemukan putih kaku dalam reruntuhan rumah dan mobil bercampur pepohonan.

Ini baru sebuah episode kecil dari bencana yang menimpa Wasior, Merapi dan Mentawai. Menguras air mata. Menyesakkan dada. Meninggalkan pertanyaan besar dalam jiwa.

Penderitaan, musibah dan kehilangan bisa jadi membuat wajah TUHAN yang selama ini dielu-elukan penuh kasih itu tampak demikian angker. Bagaimana mungkin Yang Maha Kasih berbuat sedemikian ? atau mengijinkan hal semengerikan itu terjadi ?

Agama-agama seringkali mempromosikan TUHAN sebagai : Yang Maha Kasih, Maha Sabar, Maha Pemulia manusia. Namun lihatlah..bagaimana manusia-manusia ditemukan tewas memilukan–nyaris bukan sebagai manusia-tergeletak dipinggir jalan terhempas gelombang 12 m. Jika itu kurang mengenaskan, perhatikan bagaimana mudahnya menyaksikan manusia hangus tertimbun lumpur bercampur pepohonan, tidak jauh dari ternaknya meregang nyawa.

Sepertinya ada yang salah dari semua ini. Apakah material-material promosi itu bohong belaka. Atau hanya tipuan agama-agama untuk menarik pengikut ? Karena kini kita semua menyaksikan sebuah kenyataan yang berbeda.

Tangan Yang Maha Kuat itu menunjuk kearah laut, maka gelombangnyapun bangkit dan menghempaskan ratusan orang lebih disebuah pulau.
Hembusan nafas Yang Maha Kuasa itupun membuat gunung yang selama ini tenang jadi bergejolak tak terprediksi membunuh dan membumihanguskan apa saja yang ditemuinya dibawah sana.
Sang Maha Esa melirik kearah langit, lalu membebaskan air yang selama ini bersembunyi di cakrawala turun selebat-lebatnya ke bumi, mengamuk dan melanda daerah manapun yang dikehendakinya.

Satu sisi manusia diposisikan mulia, tetapi dilain tempat dibunuh seenaknya oleh bencana, tak perduli air mata, rasa kemanusian apalagi jalinan kasih antar manusia. Yang harus dibinasakan, binasa. Ini sangat mengerikan.

Jika selama ini, promosi yang sampai dipangkuan kita hanya : Wajah TUHAN Yang Maha Kasih, berarti kita telah salah mencomot brosur atau besar kemungkinan bertemu marketing (baca : tokoh agama) yang tidak jujur.

Karena suka tidak suka, inilah dua wajah TUHAN yang lain, yang sering sekali kita lupakan.

Kekuasaan.
Dialah yang memiliki kuasa dan kepemilikan segalanya. Langit, bumi, laut, hutan, gunung, air, udara dan seluruh hewan didalamnya. Sebuah peringatan besar untuk mereka yang tidak menghormati alam.
Tidak hanya itu, harta, jabatan, pangkat, orang-orang terdekat, bahkan nyawa kita, adalah milik-Nya. Dia memberikan, Dia juga yang mengambilnya. Kapanpun itu : tidak ada yang salah. Inipun menyadarkan kita akan ke-posesif-an kita yang seringkali berlebihan akan segala sesuatu yang sementara ini berada disekitar kita. Kita adalah sementara, sekarang ada, dua-tiga jam lagi belum tentu ada.

Kesucian.
Hal yang satu ini juga sering kita lupakan. Standard TUHAN berbeda dari sebagian besar manusia. Jika syarat agar diterima dalam pergaulan manusia adalah kebaikan (kefelsiblean kita dalam menerima apapun), maka syarat agar kita dikasihi TUHAN adalah kesucian. Suci, dan bukan hanya baik. Bagi TUHAN kebaikan belaka, tanpa kesucian adalah penghinaan bagi kekudusan Nya.

Semoga TUHAN tidak lagi memakai bencana hanya untuk mengingatkan kita, para manusia yang mudah lupa. Semoga TUHAN menganugerahi kita kemampuan untuk hidup diatas standar Beliau. Karena jika tidak, siapakah gerangan yang akan tersisa dan selamat ???
"Suruhlah terang dan kesetiaan Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan tempat kediaman-Mu"
(*)

Minggu, 31 Oktober 2010


Who’s The Boss ?
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom



Tidak banyak yang tahu tentang serial komedi lawas berikut : Who’s The Boss. Serial TV yang dibintangi Tony Danza, Judith Light dan Alyssa Milano ini dapat dikatakan sangat sukses pada zamannya. Ia bercerita tentang ‘hubungan aneh’ antara pembantu rumah tangga –yang kebetulan duda beranak satu- dengan majikannya, seorang janda beranak satu pula. Dikatakan aneh, karena hubungan keduanya sedemikian komplek sehingga tak jelas lagi siapa majikan dan siapa pembantu. Lucu memang, tapi jika direnungkan lebih dalam sedikit-banyak lelucon Who’s The Boss ada benarnya. Kini tengoklah sejenak hidup kita. Bukankah hiruk-pikuk pengejaran akan kesuksesan, kekayaan dan eksistensi diri sering menimbulkan dampak lupanya kita pada ‘siapa Boss yang sebenarnya’ dalam hidup ini. Seolah-olah seluruh uang yang mengelilingi kita, pencapaian, orang-orang disekitar kita, bahkan diri kita ini adalah milik kita sendiri. Seolah-olah semuanya ini berada digengaman kita, dan semuanya itu akan tetap disitu sampai selama-lamanya. Siapa aku dan siapa TUHAN !??

Hingga bencana serupa Wasior, Mentawai dan Merapi sekonyong-konyong datang menyeruak, merampas hidup dan segala sesuatu didalamnya dari depan hidung kita. Entah apa alasan dibalik semua itu, tak ada pendapatan seorangpun dapat menghakiminya. Apakah ini hukuman ataukah ujian semata ?

Tapi satu hal yang begitu jelas : semua itu diijinkan oleh TUHAN untuk terjadi. Dan ketika terjadi, serta merta semua mata membelalak. Dada-dada busung menciut. Pandangan sombong tengadah pun jadi tertunduk. Kini, mulai jelas sudah siapa Pemilik semuanya. Uang, harta, anak, orang tua, teman bahkan nyawa kita, ternyata bukan milik kita. Who’s The Boss pun kembali diingatkan. Walaupun terkesan kejam, pahit dan otoriter, namun adalah sah-sah saja jika Sang Pemilik melakukan apa yang ia suka terhadap miliknya sendiri. Apapun itu, Beliau jauh lebih tahu. Sebuah peringatan bagi semua manusia yang punya mata, telinga dan hati.

Ternyata kita semua hanya sekedar menumpang di dunia ini. Penumpang-penumpang yang seringkali sombong dan melupakan status kita : lahir telanjang, kembali pulangpun dengan telanjang.

Itu tentu saja berarti, kalau sampai sekarang kita masih bisa tidur dengan aman, cukup makan, menonton televisi dengan nyaman, tak terlalu sulit untuk tersenyum, sehat, bahagia, dikelilingi keluarga dan teman, itu semua ‘semata-mata’ karena belas kasihan-Nya. Kasih karunia Sang Khalik lah yang membuat kita ada sebagaimana kita adanya hari ini. Jika demikian, ada baiknya setiap pagi kita awali dengan sujud syukur akan segala nikmat dan kebaikan-Nya dalam hidup kita. Segala hormat dan kemuliaan bagi Sang Raja, The One and Only Boss, dari selama-lamanya, sampai selama-lamanya. Amin. (*)



Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni:
Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.
Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.
Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu?
Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.

Minggu, 24 Oktober 2010

Antena Berkarat

oleh Made Teddy Artiana, S.Kom



Malam itu, acara menonton televisi dirumah kami agak terganggu. Ribuan semut memenuhi layar televisi kami. Belum lagi bunyi kresek-kresek tak jelas mengganggu telinga. Padahal dua hari yang lalu, setidaknya 80% dari gambarnya masih dapat kami nikmati. Program hiburan favorit yang telah ditunggu-tunggu menjadi sama sekali tidak menghibur. Malam yang seharusnya indahpun, perlahan tapi pasti jadi menjengkelkan.

Jelas bukan salah stasiun televisi. Mereka tentu tetap memancarkan sinyalnya sedemikian rupa. Apalagi tawa riuh tetangga memberitahu kami bahwa televisi mereka baik-baik saja. Kesalahan bukan terletak pada stasiun televisi, bukan juga pada pemancarnya, apalagi pada televisi diruang keluarga, kesalahan ada pada antena televisi kami.

Entah apa penyebabnya antena kami lebih cepat berkarat dari yang seharusnya. “Begini nih kalau beli antena China !”, timpal salah satu dari antara kami menyalahkan. Aku sendiripun tidak mengingat dengan pasti, apakah benar antena yang kami beli memang import dari China. Ucapan itu lebih dari sekedar mencari kambing hitam untuk menyalurkan kekesalan. Lagu lama manusia : mau benar atau salah, yang penting buang sampah !

Namun jika dipikir-pikir, betapa hidup kita seringkali sangat mirip dengan Si Antena Berkarat itu. Cukup banyak penderitaan, pergumulan dan masalah yang timbul hanya karena salah memutuskan. Kita mengira TUHAN diam jauh disana tak peduli, padahal diri-diri kitalah yang harusnya berbenah diri. Ribuan kali bertanya dan mengeluh lewat doa. Kita kira Ia, Sang Pemberi Petunjuk diam seribu bahasa, padahal telinga inilah yang tak mampu mendengar akan suara Surga.

Dunia membutakan mata hati kita, hingga tak mampu melihat kebaikan Nya. Lalu hidup terasa kian sulit. Kehidupan yang seharusnya indah, malah berbalik menghajar kita hingga lebih dari sekedar babak belur. Berputar-putar kelelahan. Compang-camping mengenaskan.

Jelas itu bukan takdir kita. Kita adalah kalifah, pemimpin. Rahmat bagi semesta alam. Bahkan lebih dari itu semua : biji mata TUHAN. Lalu mengapa ini semua terjadi ? Pasti ada sesuatu yang salah !!

Padahal, TUHAN yang Maha Kasih itu dapat dipastikan tetap setia. Tidak hanya menunggu, namun dengan segala inisiatif yang proaktif. Pasti tak terhitung jumlahnya, Ia sudah dan selalu berusaha mengarahkan kita menuju kehidupan yang ‘penuh’ dengan segala kebaikan dan rahmat.

Ternyata memang sesuatu harus dilakukan. Sesuatu yang memang merupakan porsi kita. Dan sesuatu itu adalah : membersihkan diri dari segala karat. Sehingga kita tidak salah pilih, tersesat kemudian menderita, bukan karena tidak dikasihi, bukan karena ditinggalkan, namun hanya karena berkarat.

Mungkin itu adalah satu-satunya cara untuk merasakan kehadiran-Nya. Secara penuh mengalami kebaikan hidup. Dan yang paling penting, membuat kasih TUHAN yang mesra, memeluk kita lalu mengalir bebas, menyelesaikan segala perkara. Sehingga kita dapat menikmati surga di bumi dan surga di surga nanti (*)

Selasa, 19 Oktober 2010

Hidup ini Spekulasi atau Investasi ?

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer, penulis & even organizer



Insiden kecil-kecilan ini terjadi sekitar lima tahun yang lalu, ketika aku dan beberapa teman kantor tengah mempersiapkan diri untuk terjun, berinvestasi di pasar saham

Yang aneh, kendatipun kami belajar bersama-sama, pendekatan kami terhadap pasar saham terbagi jadi dua golongan. Kelompok yang pertama, yang mungkin sejak dulu diam-diam mengagumi sepak terjang George Soros, memutuskan untuk memposisikan diri sebagai trader. Sedangkan yang lain, merasa lebih bijak untuk memiliki pandangan Sang Komandan Berkshire Hathaway, Warrent Edward Buffet, atau yang lebih dikenal dengan Warrent Buffet. Spekulan versus investor. Yang satu spekulasi, yang lain investasi.

Hari kian hari, perbedaan prinsip ini semakin meruncing, hingga melahirkan sebuah gap yang cukup lebar dan menyisakan sebuah pertanyaan besar : Hidup ini spekulasi atau investasi ?

Mereka yang menggolongkan diri sebagai spekulan, ngotot bahwa modal utama dalam hidup ini adalah spekulasi. Untung-untungan, nasib-nasiban. Alasannya sangat masuk akal : kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi dalam hidup ini. Meminjam kata-kata ibunda Forest Gump, "Life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get."

Akan tetapi mereka yang berniat jadi investor, tidak rela jika hidup ini diperlakukan seperti mainan. Mereka bersikukuh bahwa hidup ini adalah investasi. Pandangannya jelas : untuk mendapatkan sesuatu, harus menginvestasikan sesuatu. Lihat Warrent Buffet, kata mereka, bagaimana cara mereka membesarkan Berkshire Harthaway dan mengumpulkan kekayaan dahsyat lewat perusahaannya itu. Hidup ini investasi, Bung !

Seingatku, perdebatan itu memang tidak terselesaikan. Keduanya ngotot tak mau mengalah . Disisi lain, bagiku pribadi kedua pendapat itu ada benarnya. Mungkin karena itu aku tidak memutuskan untuk berpihak yang satu lalu memusuhi yang lain.

Apa asyiknya hidup ini tanpa misteri ? Jika segala sesuatu telah kita ketahui, sehingga tidak tersisa sedikitpun rasa penasaran, sepertinya hidup ini akan kehilangan gregetnya. “If We could see tomorrow what of your plan ?”, kata Guns and Rose dalam lagunya Don’t Cry. Akan tetapi jika hidup ini melulu hanya berisikan misteri gak habis-habis, tebak-tebakan tiada henti dan tanpa sebuah jaminan sedikitpun akan segala susah payah yang kita lakukan, betapa gilanya hidup ini. Dan betapa menganggurnya TUHAN, setelah menciptakan semesta, lalu iseng mengisi waktu luang hanya dengan menciptakan misteri-misteri.

Terlepas dari itu semua, investasi dalam hidup ini tentu tidak identik dengan investasi dipasar saham.

Di pasar saham, otoritas bursa hanya bertugas sebagai pengawas atau regulator. Sehingga permainan fair –sebisa mungkin- dapat tercipta. Kendati demikian, Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) sama sekali tidak berkuasa (menjamin) semua investasi yang kita lakukan menghasilkan return. Jauh berbeda dengan hidup ini, yang mana segala sesuatu yang kita lakukan dijamin TUHAN akan kembali kepada kita. Cuan (untung) jika yang kita lakukan baik, buntung jika apa yang kita lakukan buruk. Itu sangat nyata, karena belum pernah ada satu manusiapun –entah ia mengakui keberadaan TUHAN atau tidak- berhasil menghindar dari akibat setiap perbuatannya terdahulu.

Dengan begitu nasib kita dapat dipastikan, tidak akan sama dengan nasib investor ataupun spekulator di bursa saham sana. Yang kallo lagi untung, bisa bernasib sama dengan para pemegang saham HM Sampoerna disekitar bulan oktober 2009 : yang untung gede karena di borong sahamnya seharga Rp. 10.600,- oleh Philip Morris. Tapi kalau lagi sial, akan bernasib tidak jauh berbeda seperti pemegang saham BUMI. Yang dibulan Juni 2008, sahamnya berharga setinggi langit (Rp. 8.000-an) tetapi beberapa bulan kemudian, sekitar bulan November, anjlok jadi Rp. 2.000-an. Apa nggak modar ?!

Jadi yang kita tugas kita dalam hidup ini hanya : melakukan apa yang bisa kita lakukan (untuk yang satu itu dijamin : selalu akan ada yang dapat kita lakukan). Dan menyerahkan apa yang tidak dapat kita lakukan (yang masih misteri, yang diluar jangkauan) pada TUHAN. That’s it ! So simple…(*)




Senin, 11 Oktober 2010

Foto Bugil

Foto Bugil
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom




Apa yang akan Anda lakukan jika melihat folder dengan nama diatas di laptop atau PC Anda ? Tepat ! Jika Anda kebetulan berjenis kelamin laki-laki, hampir dapat dipastikan Anda akan segera meng-klik folder tersebut dan mencari tahu, ada apa gerangan didalam sana. Naluri laki-laki.

Begitu juga dengan diriku. Salah seorang staff kami memberikan ku external harddisk yang didalamnya terdapat folder “Foto Bugil”. Ini tentunya sangat mengagetkan. Terlebih karena external disk adalah external kantor. “Siapa gerangan yang berani berporno-ria disini ?!”, umpatku didalam hati setengah menuduh. Baru kali ini ada yang nekad, mengundang benda-benda seperti itu masuk kesini !

Setelah diklik, ternyata kosong. Walaupun memuat kata “Bugil”, aku tidak menemui sesosok gambar apapun didalamnya, yang tentunya mewakili kata tersebut. Aku tersenyum. Rupanya cuma iseng, gumanku dalam hati. Apapun itu mereka harus ditegur. Jika itu mereka lakukan dirumah, dikamar atau dalam kehidupan mereka sendiri, terserah. Tapi tidak disini.

Ketika baru saja hendak berteriak memanggil salah seorang staff, tiba-tiba saja aku teringat sesuatu. Astaga, jangan-jangan… !!

Tapi segalanya, sudah terlambat. Virus “Foto Bugil” sudah menginfeksi PC ku. Karena punya background IT yang lumayan dan pernah bekerja 8 tahun di divisi Teknologi Informasi, pada salah satu bank swasta terbesar di Indonesia, check and richeck segera kulakukan. Hasilnya ? Untunglah virus “Foto Bugil” tidak melakukan sesuatu yang membahayakan. Ia hanya membuat shortcut terhadap seluruh file Anda. Segera sesudah itu kita akan melihat folder “Foto Bugil” bertebaran dimana-mana. Belum lagi file-file shortcut berukuran 1 KB yang memenuhi komputer/laptop kita ! Tidak perduli berapa kali Anda menghapus folder tersebut, system autorestore windows akan dengan senang hati mengembalikan “Foto Bugil” ketempat semula. Memang tidak berbahaya, namun cukup menjengkelkan.

Tetapi apapun itu, “Foto Bugil” sukses membuat orang senewen, hanya karena berhasil memanfaatkan sebuah kekuatan besar dalam diri manusia. Kekuatan itu bernama : rasa ingin tahu.

Tanpa kekuatan yang satu ini hidup akan terasa sangat monoton. Kekuatan inilah yang membuat anak-anak kita membongkar apa saja yang ia lihat. Memakan benda apapun yang menarik hati. Dan melakukan apa saja yang tidak pernah Anda duga sebelumnya. Rasa ingin tahu juga membuat manusia dewasa menemukan berbagai hal luar biasa dalam hidup ini.

Laksana pedang bermata dua, rasa ingin tahu dapat menjadi senjata yang luar biasa, sekaligus melukai bahkan membunuh tuannya. Tidak hanya TUHAN, Hantu alias setan pun ikut-ikutan memanfaatkan kekuatan yang satu itu untuk menarik pengikut.

Lakukan wawancara pada mereka-mereka yang terjerat berbagai obat, minuman dan pergaulan terlarang. Atau mereka yang bercerai karena salah satu berselingkuh. Ataupun orang-orang yang terjerat pornografi. Atau mereka yang terjerat oleh perdukunan, klenik, syrik dan segala tetek bengeknya. Hampir dapat dipastikan, 90% akan berkata :
“Mulanya sih coba-coba”
“habis pengen tahu”
“penasaran yang gak habis-habis”

Rasa ingin tahu jugalah yang membuat video tiga artis top Indonesia –yang tidak ketahuan juntrunganya itu- beredar keseluruh jagat raya. Mengendarai internet, mobilephone, PC, DVD dan apa saja yang dapat ditungganginya. Menambah kotor pikiran pria-wanita dewasa. Menodai pikiran-pikiran bersih nan cerdas generasi muda kita.

Rupanya semua ini masih permulaan. Only beginning !

Maka oknum-oknum tertentu –hanya karena uang- mulai mengimport PornStar (Bintang Film Porno) dari luar negeri, masuk ke Indonesia. Yahoo pun ikut mempromosikan kedatangan mereka ke Indonesia. Dari sejak Miyabi yang menimbulkan kontroversi (keingintahuan mereka-mereka yang sebelumnya sama sekali tidak tahu siapa dia) sampai Si X yang sekarang beneran datang.

Bukan tidak mungkin generasi muda yang dulu nya dipenuhi rasa penasaran tentang “hubungan suami istri” kini telah tercekoki dengan ilusi gila bahwa : pornografi adalah bisnis menguntungkan ! Bintang film porno adalah karier cemerlang !! Tidak ada yang salah dari itu semua !!!

Rupanya kita mulai terbiasa akan semua itu. Terlanjur menganggap benda mematikan itu –pornography-sebagai boneka imut-imut yang lucu.

Jangan kaget jika suatu saat nanti disekolah-sekolah, pada saat guru bertanya tentang cita-cita, ada sebagian anak-anak yang akan menjawab dengan berteriak : “Jadi bintang film porno, Bu Guruuuu !!!”

Seorang sahabat pernah mengingatkan, “Rasa ingin tahu -tidak bisa tidak- akan membawa kita ke dua jalur finish yang berbeda. Yang satu : kemuliaan, tentunya jika jalur yang dipilih dalam memuaskan rasa ingin tahu itu adalah hal-hal kebaikan, seperti : ilmu pengetahuan, pelayanan pada sesama dan kepuasan bathin dalam pengenalan pada Sang Pencipta. Sedangkan yang lain adalah : kebinasaan. Ini berlaku pada mereka-mereka yang memuaskan rasa ingin tahu mereka pada jalan-jalan keburukan. Tidak seperti tercebur dalam lumpur hidup, yang mana seseorang akan dengan sadar berontak, walaupun kian terhisap. Jalan-jalan keburukan, membuat pengikutnya tidak sadar akan apa yang terjadi. Semakin tersesat, semakin asyik, namun sekonyong-konyong, dihancurkan sedemikian rupa.

Pilihan beserta seluruh konsekuensinya, berada ditangan kita masing-masing !(*)



Senin, 04 Oktober 2010

Poorly Made in China (Abal-Abal Produk China)

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom



Siapapun tahu bahwa dalam hal teknologi dan industri, dunia barat lah pionernya. Mereka yang pertama. Akan tetapi, tidak berarti bangsa-bangsa yang kebetulan bertengger dalam peringkat : ketiga, ketujuh, kedelapan tidak mampu mengejar ketertinggalan mereka. Seperti kata pepatah : mereka yang bersungguh-sungguh, pasti berhasil.
Kita ambil Jepang sebagai contoh. Bangsa Jepang juga dikenal sebagai bangsa peniru. Bahkan konon, kesungguhan bangsa ini tampak, pada pencurian ilmu yang mereka lakukan, –sekali lagi- konon sampai sedemikian, sehingga para relawan rela menyimpan buku-buku didalam perut mereka sendiri !! Ilmu itu kemudian mereka pelajari, dan terapkan. Maka terciptalah Toyota, Honda dan begitu banyak produk lainnya. Yang walaupun pada awal kemunculannya sempat dipandang sebelah mata. Namun, falsafah ‘Kaizen’ sanggup membuat mereka selalu belajar dan memperbaiki diri. Hasilnya : lihat sendiri bagaimana produk-produk mobil Jepang tidak hanya merambah keseluruh dunia. Tapi juga menguasai.

Contoh yang kedua, adik tiri kita yang kualat : Malaysia ! Konon -untuk yang ketiga kalinya- mereka belajar dari Indonesia. “Petronas itu dulu belajar dari Indonesia lho !”, kata salah seorang pejabat senior Pertamina, entah bangga entah minder. Hasilnya ? Petronas berlari demikian kencang meninggalkan gurunya, yang ngesot jauh dibelakang. Terlalu lemah, terlalu gemuk, terlalu banyak korupsi.

Kini contoh yang ketiga, yang paling dahsyat dari semuanya : China. Produk buatan China merambah tidak hanya Indonesia, juga keseluruh dunia. Dengan nama-nama produk ‘plesetan’ yang kadang lucu terdengar ditelinga, produk China laris manis, terutama karena satu hal : super murah ! Saking murahnya, sampai-sampai membuat frustasi para pengusaha dari berbagai negara didunia. Malah banyak dari antara mereka banting stir, beralih fungsi jadi pedagang. Importir produk China. Tetapi walaupun digemari, merupakan rahasia umum –yang ini bukan konon- produk China dikenal rendah mutunya.

Lalu tersebutlah sebuah buku: Poorly Made in China, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi : Abal-Abal Produk Cina. Buku yang sangat provokatif mencaci-maki, kadang lewat berbagai lelucon produk China. Paul Midler, Sang Penulis, mengaku sebagai ‘orang dalam’ yang mengetahui seluk beluk produk China. Entah apa yang melatarbelakangi penulisan buku yang dipastikan membuat geram pemerintah China ini. Paul Midler sendiri dalam berbagai interview, mengungkapkan keinginannya untuk ‘memberitahu’ para pembeli dunia, khususnya rakyat Amerika, ‘kebenaran’ yang diketahuinya.

Sebagian pengamat menyambut baik apa yang dilakukan Midler, sebagian lagi memandang bahwa semua ini ada hubungannya dengan upaya Negeri Paman Sam, memperbaiki perekonomian mereka.

Apapun itu. Entah abal-abal atau asli, ada satu hal penting yang harus dipelajari Indonesia dari Bangsa China. Tentunya bukan cara memalsu atau trik penurunan kualitas yang disebut Paul Midler sebagai ‘quality fade’. Tetapi, sesuatu dibalik itu semua. Sesuatu yang tentu memainkan peran luar biasa dibalik layar. Kesuksesan serbuan produk China, tentu tidak dapat dipisahkan dari kesungguhan peran pemerintahan China yang membina dan memfasilitasi UKM dan seluruh pengusaha di sana. Mereka, pemerintah China, tidak menfokuskan diri pada gedung bertingkat dan pusat belanja. Namun ‘sungguh-sungguh’ pada peningkatan ekonomi rakyat. Dengan kata lain : berkembangnya produk rumahan sebuah UKM jauh lebih penting daripada segala indikator perekonomian –yang kadang menyesatkan- yang dibanggakan itu, padahal dalam kenyataan : rakyat berada dalam kondisi lapar, kebanjiran dan kemiskinan.

Semoga para pemimpin bangsa ini mulai ‘bersungguh-sungguh’ dan bukan sekedar bermain kata, tebar pesona, sebar citra, dengan berfoto ria –narsis ala ABG- supaya ‘dianggap’ sungguh-sungguh kerja ! (*)

Rabu, 29 September 2010

Eat, Pray & Love

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer, penulis & event organizer



Novel karya Elizabeth Gilbert ini memang terbilang sangat sukses. Bukan hanya karena telah bertengger diperingkat pertama bestseller New York Times selama beberapa minggu, namun juga karena versi film dari novel inipun telah dibuat,bahkan sudah beredar diberbagai negara, walaupun di Indonesia belum. Pemeran wanitanyapun tidak tanggung-tanggung, Julia Roberts ! Artis papan atas Holywood.

(Aku dan crew kami, yang kebetulan saat itu juga sedang ada pemotretan di Bali pun, menyempatkan diri untuk berkunjung ke sekitar Monkey Forest, saking inginnya hati ini menyaksikan proses shoting Mbak Julia.)

Satu hal yang paling membanggakan dari novel itu adalah terangkatnya nama Indonesia, atau lebih tepatnya Bali sebagai salah satu tempat terpenting dalam novel tersebut. Sebuah promosi pariwisata gratis tentunya. Kabarnya ini membuat nama Indonesia semakin dikenal di Amerika sana, sehingga Presiden SBY pernah secara terbuka menyampaikan kebanggaan hatinya dengan keberadaan film tersebut.

Terlepas dari itu semua -Eat, Pray & Love- bagiku pribadi berbicara tentang tiga kebutuhan yang tak tergoyahkan dari setiap manusia dalam kehidupan yaitu : makanan (fisik), TUHAN (spiritual) dan cinta (eksistensi). Kehilangan satu saja dari tiga hal itu tentunya berdampak serius bagi manusia siapapun dan dimanapun ia berada.

Bagi Sang Penulis, Eat, Pray & Love secara tidak langsung juga mengacu pada pengalaman pribadinya pada tiga negara yang letaknya terpisah dipenjuru dunia. Eat, di Italia, yang memang terlanjur terkenal dengan makanannya yang lezato. Lalu Pray, di India yang memang dikenal akan tradisi meditasi dan yoganya. Kemudian Love di Indonesia, nah ini yang sedikit unik.

Kalau boleh jujur, sebenarnya ada perasaan sedih dihati ku, terlebih ketika melihat keadaan nyata di sekitar bangsa ini. Apa Elizabeth tidak keliru ? Jangan-jangan Sang Penulis tidak paham benar apa yang sedang terjadi di negara ini. Adakah penemuan cinta di Indonesia ini hanya sindiran belaka ? Adakah cinta memang mudah ditemukan di Indonesia ? Apakah bangsa kita ini memang jadi tempat inspiratif untuk memahami arti cinta ?

Apakah cinta memang terlukiskan diwajah oknum politisi-politisi di Senayan sana yang terlalu sering begitu dekat dengan issue miliaran rupiah ? Dari mulai kantor yang baru, kolam renang baru, ribut-ribut kenaikan tunjangan, ongkos gertak sambal Century hingga kepada biaya perjalanan dinas ?

Atau mungkin cinta ada di rekening gendut para oknum pejabat yang konon bercokol di kejaksaan agung, polisi, pajak dan tempat-tempat strategis lain, yang kabarnya persekongkolannya lebih rapi dari kaum mafia ?

Jelas mereka semua sama. Setali tiga uang ! Tebal muka, tidak tahu malu dan sama sekali tidak tergetar hatinya dengan kemiskinan rakyat. Mereka-mereka yang mengaku ber-TUHAN tapi dalam setiap gerak nafas hidupnya menista nama TUHAN ! Mereka-mereka yang merasa akan masuk surga, hanya dengan menyuap TUHAN dengan sedekah uang haram.

Atau rasa cinta di antara para calon presiden yang tidak terpilih dengan yang terpilih ? Sehingga yang tidak terpilih minimal akan menjadi opsisi yang jujur atau teman sekerja yang tulus.

Atau cinta juga nyata pada perang terbuka antara petugas dan teroris yang tak kunjung usai ? yang membuat tak terbilang air mata dari ibu, ayah, istri dan anak yang tumpah ? Dimana setiap tetesan yang terjatuh, mengeraskan nurani dengan dendam kesumat. Lingkaran setan yang tak kunjung usai.

Atau pada banjir, macet dan seluruh janji-janji yang dianggap gombal yang pada akhirnya menimbulkan umpatan caci maki (atau bahkan doa yang buruk) warga Jakarta terhadap Sang Pejabat yang sampai saat ini masih berkeras mengaku ‘ahli’ ?

Atau sekian tak terhitungnya jumlah demo –baik bayaran atau tidak- yang begitu membiasa menghiasi Jakarta bak pawai tujuh belasan ?

Atau diantara peperangan aparat dengan ratusan orang penjaga makam yang berujung pada tindakan sadis pembunuhan dan pembakaran ?

Adakah cinta di Bekasi sana, saat dua golongan agama yang sama-sama merasa paling benar, paling suci, paling berhak untuk masuk surga, paling mewakili TUHAN namun gagal membereskan persoalan mereka dengan cara surgawi ?

Atau mungkin diantara tawuran pelajar dengan pelajar lain dijalanan, mahasiswa yang merusak kampusnya sendiri ?

Sungguh daftar panjang yang melelahkan hati.

Berandai-andai dengan semua fakta diatas, jika Saja Penulis buku Eat, Pray & Love menyempatkan diri lebih lama lagi berada dinegeriku, besar kemungkinan ia mengungsi mencari negara lain yang lebih masuk akal untuk menemukan cintanya disana. Karena pemilihan Indonesia, sepertinya sangat kurang tepat. Karena jangankan Elizabeth, kami –yang sudah lahir, tinggal dan menua di negeri ini pun- terlanjur tergoda dan menganggap cinta sebagai komoditas sangat mahal di negera kami sendiri. Sama sekali bukan hal yang begitu mudah ditangkap baik dengan mata terbelalak, apalagi dengan mata tertutup dan sekali comot. Semoga saja aku keliru, dan Elizabeth Gilbert yang benar.

Karena itu ada baiknya kita mulai berdoa, mungkin bukan dengan kebencian dan rasa dendam ataupun tawarnya rasa pesimis akan keadaan di negeri ini. Semoga TUHAN masih menyisakan dan akan terus membangkitkan orang-orang jujur dan tulus hati di negeri ini. Sebuah generasi yang hatinya dipenuhi rasa takut akan nama-NYA. Mereka yang mengasihi bangsa, negara dan rakyatnya. Yang bersungguh-sungguh mencintai istri, suami, anak, rumah tangga, orang tua, dan sesamanya. Orang baik yang kehadirannya membaikkan keadaan. Wakil-wakil TUHAN yang menyebarkan cinta dan menjadi rahmat. Sama sekali bukan kebengisan, kearoganan dan kemunafikan, yang sebenarnya jelas-jelas adalah ciri khas setan.

Sehingga suatu saat nanti, setiap jengkal tanah di Indonesia Raya, menjadi tempat inpiratif yang sungguh-sungguh layak dan nyata bagi siapapun untuk bertemu dengan cinta. Yang berarti pula, bertemu dengan TUHAN, Sang Raja. Karena dimana ada cinta yang tulus, disana IA hadir dan bertahta (*)


Senin, 27 September 2010

“Kuperintahkan Kau Untuk Berhenti Berpikir…!”

oleh Made Teddy Artiana
penulis & fotografer

Sebagian orang ketika mendengar atau membaca kalimat diatas langsung berkomentar “Seperti pernah dengar, dimana ya ?”. Sekedar membantu ingatan Anda, saya akan lengkapi kalimat diatas.

“Kuperintahkan kau untuk berhenti berpikir ! Sebab kalau kau berpikir, aku ikut-ikutan berpikirrrr !!”


Bagi mereka yang masih belum dapat mengingat, berikut clue tambahannya. Perintah aneh bin menggelikan diatas diteriakkan oleh seorang jendral –dengan aksen Batak yang kental- kepada bawahannya, lantaran anak buah nya itu saking terbiasa berpikir strategis, sampai-sampai kebiasaannya itu mengusik Sang Jendral.

Anda benar ! Bawahan itu bernama Lukman, sementara Sang Jendral adalah Bang Naga alias Nagabonar.

Adegan unik dalam film klasik Nagabonar ini tidak saja lucu, tapi cukup konyol jika sungguh-sungguh dipraktekkan. Bayangkan : manusia tanpa pikiran apapun diotaknya !

Namun tentunya bukan itu yang dimaksud oleh kalimat yang sebenarnya sarat pesan mendalam tersebut. Bagiku pribadi, yang ingin disampaikan adalah betapa penting kendali pada sebuah kebiasaan yang kadang sangat membantu namun, kadang justru menjerumuskan. Kebiasaan itu adalah : ber-pi-kir.

Serupa tapi tak sama dengan adegan diatas. Andri -bukan nama sebenarnya- adalah salah seorang team leader di wedding organizer yang dikomandoi Wida, istriku, pernah bernasib sama dengan Lukman. Hanya saja tentu bukan Nagabonar yang menyemprotnya, melainkan aku. Betapa tidak, Andri sebenarnya adalah anak muda yag cerdas, banyak sekali hal-hal yang tidak terpikirkan oleh kami namun dapat dideskripsikan dengan lancar olehnya. Parahnya, hanya 20% saja ide yang bernada positif, yang 80% sisanya adalah kecemasan-kecemasan yang bisa saja terjadi dilapangan. “Kalau begini bagaimana ?” atau “Kalau misalnya terjadi anu ?” dan lain sebagainya. Andri spesialis dalam hal itu. Sebenarnya dalam beberapa hal, “keahlian” Andri sangat berguna, karena bagaimanapun antisipasi tentunya sangat dibutuhkan. Namun demikian ketika bersentuhan dengan pisau analistis Andri, sebuah ide se-briliant apapun dalam beberapa menit segera berubah jadi gagasan tolol yang mustahil dilaksanakan. Ini lantaran ide briliant tadi telah dihujani oleh puluhan keruwetan yang telah beranak pinak dikepala Andri. Ketrampilan unik yang mirip dengan pedang mata dua miliknya ini, sungguh-sungguh harus dikendalikan !

Dulu, ketika berkesempatan menggarap proyek buku yang ditulis Bob Sadino, kami sempat berbincang-bincang serius tentang mengapa “orang bodoh” lebih cepat sukses dibanding “orang pandai”. Waktu itu Om Bob “Goblok” Sadino sempat berkelakar : “Orang-orang pintar itu, kadang karena terlalu terbiasa mikir, akhirnya nggak jalan-jalan. Tapi orang bodoh, karena memang sedikit yang dipikirkan ya segera memulai saja. Gimana nati aja deh, kata mereka. Akhirnya orang-orang bodoh itupun sukses. Karena persiapan yang sejati bukan saja dibangun diawal, tetapi justru persiapan sejati itu dibangun ketika kita berani melangkah”

Beberapa orang teman pengusaha dan top manager yang begitu sukses, memberikan tips sederhana berikut untuk kehidupan yang lebih berhasil, yaitu : kendalikan pikiran kita sehingga tetap sederhana, terbuka dan positif. (Ini tentunya tidak sama dengan pengerdilan semua kreativitas yang kita miliki.)

Sepintas ide itu tampak begitu sederhana, cenderung terlalu menyederhanakan hidup yang sseringkali kita hujani dengan kata-kata : “sangat kompleksss” ini. Akan tetapi dalam prakteknya, ternyata tips itu memerlukan derajat ketekunan yang cukup tinggi, sebelum semuanya menjadi kebiasaan yang mendarah daging diri kita. Dan ketika ketrampilan berpikir : sederhana, terbuka dan positif itu mulai Anda kuasai (walaupun belum 100%), dampak positifnya segera dapat dirasakan pada kehidupan kita.

Rupanya jika kita memberikan keleluasaan pada pikiran kita, bukan mustahil maka pikiran itu akan mengaduk-aduk Anda, persis ketika seseorang sedang mencari sebatang sendok yang terjatuh dalam kuali besar sop brenebun. Ia tidak akan berhenti memunculkan keraguan, ketakutan, pikiran jorok, dan lain sebagainya sampai Anda tertidur mumet karena kelelahan. Dan tak jarang mengigil ketakutan membayangkan hal-hal buruk yang terjadi. Intinya : menguras seluruh optimisme yang seringkali memang masih berwujud mimpi yang tentunya tampak belum logis.

Celakanya ketika kebiasaan itu tidak segera kita kendalikan, ia akan berubah menjadi kekuatan raksasa yang sekali sentil, dengan mudah akan meng-KO-kan kita. Mirip seperti ideologi teroris yang tidak segera dipadamkan, kemudian tiba-tiba berubah menjadi bahaya yang agresif yang tidak lagi sekedar mengancam, namun lebih dari itu, berani keluar dari persembunyian, dan terang-terangan menyerang !

Jadi sesegera mungkin agaknya kita harus masuk kearena, bertarung, habis-habisan mengendalikan kebiasaan berpikir kita, mumpung mereka masih imut-imut. Karena percaya atau tidak, seperti perkataan banyak orang bijak : “Pikiran, seperti halnya dengan uang, adalah tuan yang buruk, namun hamba yang baik”. Dengan demikian orang bijak bukan karena banyak, rumit dan kompleks pikiran yang ia miliki, tetapi justru orang bijak adalah mereka yang memiliki kendali penuh atas pikiran mereka. Sehingga mereka mampu mengarahkan pikiran mereka hanya kepada hal-hal yang penting, baik dan berguna.

Menutup artikel yang terasa cukup panjang ini, ada sebuah anekdot yang saya percaya sudah pernah Anda ketahui sebelumnya.

Ketika astronout Amerika ingin pergi ke bulan mereka mendapat sebuah kesulitan, karena pena (pulpen) yang biasa mereka pakai ternyata tidak berfungsi di ruang hampa. Maka NASA melakukan riset beberapa tahun untuk menciptakan tinta hi-tech yang kebal terhadap kondisi ruang hampa. Mereka menghitung sedemikian rupa intensitas, kepatan dan berat jenis tinta tersebut sehingga dimanapun –bahkan diruang hampa- tinta itu tetap masih bisa digunakan.Namun berbeda dngan astronout Rusia, mengetahui tinta umum tidak beroperasi di bulan sana, mereka membawa pensil ! (*)

Selasa, 21 September 2010

Plisss, Jangan ‘Lebay’ dengan Otak Anda !

by Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer & penulis



Sebagai penggemar ilmu pengetahuan tentang potensi manusia, terus terang aku sangat senang mempelajari berbagai topik bahasan yang mencoba untuk menggali potensi yang ada pada diri puncak ciptaan TUHAN itu. Waktu-waktu luang selalu aku isi dengan membaca buku bertemakan hal tersebut.

Belakangan topik yang paling hangat yang muncul kepermukaan adalah tentang otak manusia. Otak kiri, kanan lalu yang sekarang lagi ngetop-ngetopnya adalah otak tengah. Seperti cendawan dimusin banjir, “iklan” aktivasi otak tengah seolah memenuhi ruang-ruang kita. Entah latah atau apa, gejala otak tengah ini berkembang sedemikian rupa sehingga aku pribadi merasa, segalanya sudah mulai menjurus kearah lebay (berlebih-lebihan). Bak bus Trans Jakarta yang karena jalur busway-nya diserebot bajay, lalu ngetril dijalur Kereta Api Listrik. Dengan kata lain : melenceng jauuuuuh banget bo’ !

Fenomena-fenomena lebay itupun muncul begitu jelas disekitar kita.

Beberapa orang menjadi demikian resah sekali untuk mengaktivasi otak tengah mereka, dan orang-orang ini saking resahnya, merasa tanpa aktivasi itu hidup mereka belumlah maksimal. Banyak orang tua seolah terhipnotis, dan mencari short cut mengaktivasi otak tengah anak mereka supaya IQ mereka nambah sehingga lebih mudah menerima pelajaran disekolah (padahal kemungkinan besar yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka adalah “perhatian” orang tua). Ada juga orang yang mengaku telah mengalami “aktivasi” disuatu tempat, namun karena kurang ngefek, lalu mengunjungi yang lain, untuk minta “diaktivasi ulang” lalu tidak puas lagi, dan minta diaktivasi lagi untuk kesekian kali. Bahkan ada –Anda boleh percaya atau tidak- seorang oknum yang mengaku expert otak tengah yang bertingkah lebih mirip -mohon maaf tidak semua tentunya- seorang dukun dibanding seorang ilmuwan.

T e r l a l u !!! (kata Rhoma Irama)

Ndilalah (untungnya) aku itu ndak sendirian. Beberapa hari yang lalu di Koran Sindo, aku membaca uraian dari Dr. Sarlito Wirawan, Guru Besar Psikologi UI, yang ternyata juga mengalami kegerahan yang sama seperti yang aku rasakan. Beliau menyatakan bahwa aktivasi otak tengah sudah terlalu jauh disalah tafsirkan oleh pihak-pihak yang mencari keuntungan materi. (untuk lebih lengkapnya silakan baca sendiri  Koran Seputar Indonesia tanggal 19 September 2010)

Lalu apakah faktor otak –entah kiri, kanan, atau tengah- memang punya pengaruh begitu dominan terhadap hidup manusia ? Sehingga memang harus diekploitasi sedemikian rupa hanya karena para ahli mengatakan manusia pada umumnya baru menggunakan sekitar 6% dari kemampuan otak mereka ? Apakah memang benar untuk sukses kita harus –tidak ada jalan lain- habis-habisan memeras otak kiri, mengembangkan otak kanan dan mengaktivasi otak tengah sedemikian rupa ? Apakah benar jika kita bertambah jenius atau pandai atau cerdas atau apalah namanya, membuat hidup kita lebih baik, lebih bahagia, lebih sukses ? Apakah itu modal satu-satunya dan yang terutama yang Sang Pencipta berikan bagi kita untuk mengarungi kehidupan ? Aku pribadi tidak terlalu percaya.

Maksudnya begini, menjadi pandai atau jenius, boleh-boleh saja. Bagusssss ! Tetapi nggak harus !!

Jika Anda ragu, coba lakukan research mendalam pada seluruh kitab suci Anda, atau luangkan waktu untuk menginterview para tokoh atau guru agama atau –yang ini agak susah- jika kebetulan Anda memiliki akses kesana, cobalah bertanya kepada pengusaha-pengusaha sukses : Apakah benar yang menjadi modal utama mereka adalah otak mereka. Apakah benar bahwa hidup manusia itu sedemikian dominan ditentukan semata-mata oleh otak mereka ?

Saya berani bertaruh Anda akan menemukan bahwa hal terpenting adalah : hati. Hati yang dipelihara dengan sebaik-baiknya.

Aku jadi teringat seorang paling bijak dan berhikmat yang pernah ada dimuka bumi ini. Seorang raja yang juga diakui sebagai nabi. Raja Solaiman (Salomo) namanya, menyimpulkan resep untuk sukses dalam kehidupan adalah dengan menjaga hati, sehingga beliau bersabda : “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari sanalah terpancar kehidupan”.

Sungguh unik, jika kita perhatikan beliau sama sekali tidak memasukkan kemampuan otak pada tips beliau diatas. Berita buruk bagi mereka yang begitu mendewakan otak mereka. Ada apa gerangan dengan hati ?

Mungkin benar manusia baru hanya menggunakan 1% dari seluruh kapasitas otak mereka, tetapi tidak 100% benar ketika yang 1% itu bertambah jadi 10% lalu otomatis hidup mereka bertambah sukses.

Tetapi jika kita men-aktivasi hati kita lebih banyak dalam kehidupan. Yang mana itu juga berarti membersihkannya dari segala yang tidak baik, maka dijamin kita akan bertambah sehat, bertambah bahagia, hal-hal yang baik (termasuk jodoh, rejeki termasuk keberuntungan tentunya) akan tertarik dengan sendirinya.

Karena hati bukan hanya pelita kehidupan, tetapi hati juga adalah jalan menuju sorga. TUHAN yang menjamin, mengenai biaya “aktivasi” hati..he..he..he..gretong alias gratis ! Karena itulah aku pribadi tengah dalam proses mendisiplin diri untuk selalu mengaktivassi dan menjaga hati ini dengan segala kewaspadaan.

Jagalah hati, jangan kau nodai
Jagalah hati, cahaya Ilahi.
Jagalah hati, jangan kau kotori
Jagalah hati, lentera hidup ini.

(*)

Minggu, 19 September 2010

Antara Keong Racun, Monyet dan Inception-nya Leonardo DiCaprio


oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer & penulis



“Dasar kau keong racun, baru kenal eh ngajak tidur !”

Aku berani bertaruh bahwa 9 dari 10 orang Indonesia pasti mengenal akrab penggalan syair diatas. Dubbing lagu Keong Racun via youtube oleh Shinta dan Jojo itu memang luar biasa fenomenal. Tersebar - hingga keluar negeri- lewat internet, handphone, BB bahkan televisi. Naif, konyol, tapi sangat menghibur. Keduanya, disadari atau tidak, telah membuktikan sedikitnya dua hal. Pertama, keperkasaan internet dan segala kerabatnya yang akan mempermudah seseorang untuk eksist (baca: ngetop) di abad ini. Kedua, keberhasilan Shinta dan Jojo membuat siapapun akan bermimpi bernasib lucky seperti mereka berdua. Sejauh ini aku pribadi menganggap semua itu sungguh merupakan fenomena unik, yang merupakan perpaduan antara : iseng, keperkasaan dunia maya dan lagu nyentrik yang sangat menghibur.

Sampai ketika aku mendengar sekelompok anak kecil (antara 8-10 tahun), sambil tertawa cekikikan, menyanyikan syair diatas berulang-ulang. “… baru kenal eh ngajak tidur !”.
Lucu memang, untuk kita yang telah dewasa dan menikah. Tetapi untuk mereka, anak-anak itu. Apakah pengulangan-pengulangan itu tidak kemudian tertanam di bawah sadar mereka, makin kuat, lalu … entah mengendap jadi apa disana.

Yang jelas, ketika harus berhadapan dengan cermin norma agama dan susila, kalimat diatas –untuk anak-anak kita- sama sekali tidak lucu lagi. Bahkan ia kemudian menjelma menjadi virus nakal esek-esek yang mau tidak mau mengusik keimanan.

Aku jadi teringat sebuah dongeng tentang monyet dan angin. Suatu ketika terjadilah taruhan antara monyet dan angin. Monyet berkata sesumbar bahwa angin tidak akan sanggup menjatuhkan dirinya dari atas pohon. Karena merasa ditantang sekaligus penasaran, anginpun setuju. Tanpa banyak cakap angin segera mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk meniup monyet agar segera terhempas ketanah. Tapi aneh, semakin kuat angin bertiup, semakin erat pula monyet berpegangan pada pohon. Angin kelelahan, sejauh ini ia gagal. Sedangkan lawannya, Si Monyet berteriak kegirangan sambil berjingkrak-jingkrak mengejek. Untunglah angin tidak menyerah. Ia memutuskan untuk mengubah strategi penyerangan. Jika tadi ia menggunakan ‘kekerasan’ kini anginpun bertiup sepoi-sepoi basa. Karena merasa akan segera memenangkan pertandingan, monyetpun lengah. Ia tidak menyadari penyerangan diam-diam yang dilakukan oleh lawan. Tidak lama kemudian, kelopak matanya mulai terasa berat. Rupanya angin sepoi-sepoi ini telah membuat ia mengantuk. Beberapa saat berlalu, hingga rasa kantuk tak tertahan lagi olehnya, dan akhirnya…gubraaakkk !!! Si Monyetpun tersungkur, jatuh ditanah.

Beberapa pengaruh asusila juga berhasil menjatuhkan kita, persis dengan cara yang sama dengan yang dilakukan angin terhadap monyet. Narkoba datang lewat ‘pergaulan jetset’ masa kini. Perlahan-lahan, lalu mulai diterima sebagai kewajaran. Perselingkuhan semakin berkembang-biak lewat jargon-jargon unik, Temen Tapi 'Keliwat' Mesra, misalnya. Perceraian, hampir dianggap sebagai ‘takdir dari TUHAN’ yang dipublikasi lewat berbagai pemberitaan kawin cerai yang dikemas dalam ‘acara hiburan’. Pornography dan perjinahan menyebar luas keseluruh handphone tua-muda atas nama ‘penasaran’ karena kebetulan pemainnya adalah artis lokal yang sangat ngetop. Dan lain-lain sebagainya.

Seperti halnya ide-ide yang positif, ide-ide bejat seperti ini juga menyebar laksana virus. Yang diletakkan dibawah sadar seseorang dengan tanpa disadari oleh yang bersangkutan. Para pelakunya seolah mengambil peranan Cobb (Leonardo DiCaprio) dalam film Inception karya Christopher Nolan yaitu menyuntikkan sebuah gagasan di alam bawah sadar seseorang lewat mimpi.

Sebagai pekerja seni, aku sama sekali tidak antipati terhadap lagu Keong Racun. Bagiku pribadi lagu sederhana ini sangat jenius. Sejujurnya, aku pribadi termasuk penggemar lagu itu ! Penciptanya dengan luar biasa kreatif berhasil mengangkat kenyataan yang terjadi disebagian pergaulan masyarakat dan mengemasnya dengan kata dan irama yang unik, sehingga sekali diperdengarkan lagu itu akan nyantol laksana lintah dan sulit dilepaskan dari pikiran kita. Penciptanya tentu tidak bermasuk buruk dengar syair-syair yang ia ciptakan. Wong semua itu adalah sebuah kenyataan !

Hanya saja permasalahan datang ketika anak-anak kita, dengan riang gembira ikut-ikutan menyanyikan lagu tersebut dan kita sebagai orang tuanya merasa tidak terlalu perlu untuk menggubris ‘angin sepoi-sepoi basa’ itu.

Kemudian siapa yang salah ? Entahlah. Mungkin memang dunia ini telah begitu tua, sehingga mata hati kita sudah dibuat terlalu rabun untuk membedakan mana daerah putih dan mana daerah hitam. Semua terlihat begitu abu-abu.

Yang jelas segalanya akan segera berpulang kepada diri kita masing-masing. Karena siapapun akan mengakui, adalah sebuah pekerjaan yang mustahil untuk membendung seluruh pengaruh (klise) globalisasi.

Seperti halnya film Inception, dimana lawan Leonardo DiCaprio, yakni Robert Fischer (yang diperankan oleh Cillian Murphy) adalah orang yang begitu terlatih untuk selalu alert menjaga alam bawah sadarnya, semakin hari rupanya setiap orang semakin dituntut untuk memiliki penjaga alam bawah sadarnya, sehingga tidak mudah tercemar pengaruh buruk apapun. Pengaruh yang akan datang lewat ‘mimpi’ dan ‘angin sepoi-sepoi basa’ yang pasti –cepat atau lambat- membuat kita sama seperti monyet yang akhirnya jatuh terjerembab ditanah. Dan sialnya, tugas menjaga bawah sadar kita –supaya tidak tercemar- sungguh bukan perkara mudah. Ada baiknya kita semua sebisa mungkin segera siuman lalu sadar sesadar-sadarnya (*)

Selasa, 14 September 2010

Tiga Orang Kuli Bangunan

ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer & penulis


Ini adalah sebuah kisah klasik tentang tiga orang kuli bangunan. Kisah sederhana namun inspiratif. Entah darimana kisah ini berasal, yang jelas kisah ini telah melanglang buana begitu jauh. Dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Menyeberangi lautan, tiba dibenua yang satu lalu tersebar disana kemudian berangkat ke benua dan bahasa yang lain.

Suatu kali disiang yang terik, disaat ketiganya tengah sibuk bekerja, melintaslah seorang tua.

"Apa yang sedang kau kerjakan ?", tanya orang tua itu kepada salah seorang dari antara mereka.
Pekerja bangunan yang pertama tanpa menoleh sedikitpun, menjawab orang tua itu dengan ketus. "Hei orang tua, apakah matamu sudah terlalu rabun untuk melihat. Yang aku kerjakan dibawah terik matahari ini adalah pekerjaan seorang kuli biasa !!".

Orang tua itupun tersenyum, lalu beralih kepada pekerja bangunan yang kedua. "Wahai pemuda, apakah gerangan yang sebenarnya kalian kerjakan ?".

Pekerja bangunan yang kedua itupun menoleh. Wajahnya meskipun ramah tampak sedikit ragu.

"Aku tidak tahu pasti, tetapi kata orang, kami sedang membuat sebuah rumah Pak", jawabnya lalu meneruskan pekerjaannya kembali.

Masih belum puas dengan jawaban pekerja yang kedua, orang tua itupun menghampiri pekerja yang ketiga, lalu menanyakan hal yang sama kepadanya. Maka pekerja yang ketiga pun tersenyum lebar, lalu menghentikan pekerjaannya sejenak, lalu dengan wajah berseri-seri berkata.

"Bapak, kami sedang membuat sebuah istana indah yang luar biasa Pak ! Mungkin kini bentuknya belum jelas, bahkan diriku sendiripun tidak tahu seperti apa gerangan bentuk istana ini ketika telah berdiri nanti. Tetapi aku yakin, ketika selesai, istana ini akan tampak sangat megah, dan semua orang yang melihatnya akan berdecak kagum. Jika engkau ingin tahu apa yang kukerjakan, itulah yang aku kerjakan Pak !", jelas pemuda itu dengan berapi-api.

Mendengar jawaban pekerja bangunan yang ketiga, orang tua itupun sangat terharu, rupanya orang tua ini adalah pemilik istana yang sedang dikerjakan oleh ketiga pekerja bangunan itu. (*)

Hal yang sama rupanya berlaku pula dalam hidup ini.

Sebagian besar orang tidak pernah tahu untuk apa mereka dilahirkan kedunia. Mungkin karena telah begitu disibukkan oleh segala bentuk “perjuangan”, merasa tidak terlalu perduli dengannya. Bisa hidup saja sudah syukur !

Sebagian lagi, yang biasanya adalah tipe “pengekor” atau “me too” yaitu orang-orang yang punya pandangan yang samar-samar tentang keberadaan mereka dalam kehidupan. Sepertinya begini…kayanya begitu…kata motivator sih begono..tapi pastinya ? Don’t have idea !!

Namun sisanya : golongan terakhir -biasanya hanya segelintir orang- menemukan “visi” atau “jati diri” mereka didunia ini. Mereka adalah orang-orang yang tidak hanya kebetulan lahir, sekedar hidup, bertahan agar tetap hidup, tua karena memang harus tua, kawin lagi jika ada kesempatan, lalu berharap mati dan masuk surga, namun adalah orang-orang yang hidup dalam arti yang sebenar-benarnya.

Mereka sering dianggap sebagai “perpanjangan tangan TUHAN”. Orang-orang yang tidak hanya berjalan dalam tuntunan tangan Yang Maha Kuasa, tetapi juga mengenal benar kemana arah perjalanan itu, dan tentunya bergaul karib dengan DIA, Sang Penuntun perjalanan mereka.

Semoga setelah kembalinya ke fitrah, membuat Anda dan saya tidak hanya menjadi bersih dan suci, namun lebih dari itu, mengetahui untuk apa kita hadir didunia ini. Sehingga tugas maha luas dan abstrak “menjadi rahmat bagi semesta” dapat kita konkritkan dan tunaikan sebelum selesainya sisa waktu yang kita miliki.
Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. (selesai)

Selasa, 18 Mei 2010

Seandainya Aku Jadi Aburizal Bakrie


ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Komp
fotografer & penulis



Aburizal Bakrie. Siapa yang tidak kenal beliau ? 99% orang Indonesia pasti pernah mendengar namanya tidak hanya di dunia bisnis namun juga di jagat perpolitikan. Tidak berlebihan memang, karena sepak terjang Ical, kerap kali menarik perhatian, alias membuat geger.

Terlepas dari masalah pengemplangan pajak, yang dituduhkan oleh Dirjen Pajak, Indonesia Corruption Watch (ICW) dan mantan menkeu, Sri Mulyani yang kabarnya mencapai triliyun-triliyunan, demikian juga masalah Lumpur Lapindo, yang telah ditetapkan pemerintah sebagai bencana alam, dan belum dapat teratasi hingga sekarang.

Terlepas dari itu semua, kalau boleh jujur, sejak dulu aku amat sangat mengidolakan sosok Aburizal Bakrie. Dengan kerajaan bisnis yang begitu menggurita, dari batu bara, perkebunan, minyak, telekomunikasi dan lain sebagainya. Bayangkan berapa besar sumbangan yang diberikan oleh Bakrie terhadap roda perekonomian Indonesia ? Berapa besar bisnisnya berhasil menyerap tenaga kerja diseluruh negeri ini ? Berapa besar devisa yang didatangkan oleh perusahaan-perusahaan mereka ?

(Bandingkan dengan para koruptor goblok yang tidak tahu malu, yang bisanya hanya nyolong, menggertak,main kuasa, memeras, memperkaya diri sendiri, tanpa berdampak pada lapangan kerja untuk orang banyak dan kemakmuran perekonomian bangsa. Kalau berani jadi pengusaha, jangan jago kandang doang !!!)

Buatku pribadi Aburizal Bakrie adalah sosok ideal anak bangsa yang berkontribusi luar biasa dengan enterpreneur spirit yang dashyat. Lulusan ITB ini adalah pengusaha nasional favorite buatku. Perwujudan segala mimpi-mimpi ku. Pengusaha briliant, sukses sejak muda, kaya raya, cerdas dan punya kekuasaan informal yang sangat besar.

Tidak hanya itu, Ical juga dikenal jago sihir. Dunia bisnis sering membuktikan bahwa apa yang bagi sementara orang ‘mustahil’, dapat dirubah oleh beliau menjadi ‘kenyataan’.

Tahun 1997, ketika dunia bisnis berantakan dihajar krisis moneter, group Bakrie seperti halnya perusahaan-perusahaan lain- termasuk kedalam daftar ‘sekarat’ dan harus masuk UGD, karena sudah megap-megap. Sepuluh tahun kemudian, Bakrie sudah mencatatkan dirinya sebagai orang terkaya pertama di Asia Tenggara !

Jauh melampaui Robert Kuok (orang terkaya di Malaysia - memiliki 7,6 miliar dolar AS), Teng Fong (terkaya di Singapura - memiliki 6,7 miliar dolar AS), Chaleo Yoovidya (terkaya di Thailand - memiliki 3,5 miliar dolar AS), dan Jaime Zobel de Ayala (terkaya di Filipina – memiliki 2 miliar dolar AS).

Tersebutlah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis perhotelan, Bumi Modern namanya. Disekitar tahun 2000, group Bakrie masuk dan mengubah tidak hanya nama melainkan juga bidang usaha Bumi. Bumi moderen berubah nama menjadi Bumi Resources, bidang perhotelan jadi pertambangan batu bara.

Bumi mulai dikenal orang ketika ia membeli perusahaan tambang batubara bernama PT. Arutmin Indonesia, ini menggemparkan karena jika dianalogikan traksaksi pembelian ini mirip ikan teri menelan ikan tongkol. Apa yang membuat bank dan para peminjam modal percaya akan visi Bakrie yang belum tentu benar, dan merelakan penjaman duit sedemikian besar ?

Belum lagi selesai keterkejutan dunia bisnis, ditahun 2003, Bumi kembali melakukan hal spektakuler, yang gaungnya sampai kedunia internasional : Bumi membeli KPC (Kaltim Prima Coal)-perusahaan tambang batubara terbesar didunia, dengan kapasitas produksi raksasa- dari tangan Rio Tinto. Kali ini ikan teri itu, berhasil menelan ikan paus bulat-bulat !! Transaksi yang mustahil, tapi berhasil dibuat jadi kenyataan oleh Bakrie.

Dari mana sumber dana pembeliaan berasal ? Apa yang mengakibatkan Rio Tinto mau menjual 100% saham mereka kepada Group Bakrie dengan harga $500 juta, padahal perkiraan harga pemerintah terhadap KPC sebesar $800 juta ? Apa kekuasaan dan pengaruh Bakrie memang sedemikian luar biasa ?

Tidak ada yang dapat memberikan penjelasan dengan pasti. Itu adalah sebuah transaksi keuangan yang demikian rumit, lobby-lobby super tangguh, visi yang sangat luar biasa. Transaksi yang hanya bisa dilakukan oleh para dewa !

Itu belum seberapa, ketika telah mengambil alih KPC dan Arutmin, entah kebetulan atau memang mata sihir keluarga Bakrie sudah dapat melihatnya, beberapa bulan kemudian harga batu bara duniapun melejit, mencapai titik tertinggi. Dengan kapasitas produksi raksasa dan harga jual batu bara yang sangat tinggi, bayangkan keuntungan yang diraih oleh Bumi. Luar biasa !

Tidak munafik, saat itu aku dan beberapa teman yang memang berinvestasi di pasar saham (dalam skala kecil tentu saja) ikut kecipratan rejeki nomplok dari melambung-liar nya harga saham berkode BUMI ini. Setiap pagi kami, para investor kecil-kecilan ini dengan tegang menatap tak berkedip layar monitor, menyaksikan geliat saham BUMI. Bahkan one day trading yang kami lakukan iseng-isengpun menghasilkan hasil yang luarbiasa cukup untuk makan siang tiga bulan.

Seorang teman, dengan jumlah lot saham BUMI terbesar diantara kami, begitu terobsesi, hingga terbawa mimpi ketika saham BUMI disuspen, karena otoritas BEJ menuntut manajemen BUMI memberikan keterbukaan informasi pada investor publik. Dalam mimpi temanku itu, ia dan aku (kok bisa-bisanya aku masuk dimimpinya) menunggu mondar-mandir gelisah di sebuah pintu ruangan yang tertutup yang bertuliskan ‘JANGAN BERISIK BEJ DAN BUMI SEDANG MEETING DIDALAM’.

Beberapa tahun berlalu, harga saham BUMI yang dulu hanya berkisar 300-an, akhirnya sempat menyentuh 8.000-an sebelum kemudian anjlok, buy back dan bertengger diangka 2.000-an, sampai sekarang.

Rupanya akrobat belum selesai, group Bakrie kembali melakukan sesuatu yang menggemparkan dunia bisnis. Mereka menjual Arutmin dan KPC dan nilai jual belinya disekitar $3 miliyar (sekitar 27 Triliyun), jauh diatas transaksi yang dilakukan keluarga Sampoerna dengan Philip Moris, yakni sekitar $2 miliyar (sekitar 18 Triliyun). Membeli di harga $500 juta dan menjual kemudian diharga $3 miliyar !

Beberapa tahun kemudian, kembali terdengar isu bahwa Bumi akan membeli KPC kembali dari tangan Tata Power dengan harga sesuai kesepakatan jual beli, BUMI berhak menerima penawaran pertama jika Tata berniat menjual KPC dan Arutmin. Dan kabarnya, harga itu sangat rendah, hanya 50 persen dari harga beli Tata !
Sedikit menyimpang dari itu semua. Apakah masuk akal jika pengusaha sekaliber ini kemudian mati-matian hanya berniat jadi presiden Indonesia ? Aku meragukannya.

Aku rasa Aburizal sama sekali gak minat jadi presiden, namun lebih dari itu, diatas presiden. Sebuah kekuasaan informal yang sangat amat mempengaruhi presiden. (persis mirip dengan kekuasaan taipan Yahudi terhadap Presiden USA)

Aku rasa itu sah-sah saja. Sepanjang sang saudagar tetap mengedepankan moral dan membuat rakyat dan bangsa ini jauh lebih makmur dari sekarang. Karena suka tidak suka, waktu sudah membuktikan bahwa kadang lembaga-lembaga pengawas, tidak terlalu efektif untuk digunakan sebagai alat memonitor kerja pemerintahan.

So what is the plan ?

Simple walau agak aneh memang, tapi tidak ada salahnya kita coba. Karena pengaruh doa sampai kapanpun, adalah mendekatkan kita dengan kepada siapa kita berdoa (TUHAN) dan mendekatkan hati kita untuk siapa kita berdoa.(anak, istri, sahabat, orang lain, bahkan musuh).

Karena itu mari kita mendoakan 100 orang terkaya di Indonesia dengan hati yang tulus, terutama ia yang berada dipuncak kumpulan mereka, Aburizal Bakrie, supaya TUHAN yang memberikan segenap kecerdasan, keberuntungan, keajaiban, kesehatan dan kemuliaan itu semakin memberkati mereka dengan kemakmuran yang lebih dashyat, menganugrahkan keluarga mereka dengan harmonis, kesehatan bagi mereka, istri, anak dan cucunya dan yang terpenting dari semuanya itu, menggerakkan para taipan-taipan tersebut untuk punya hati yang takut akan TUHAN dan tulus mengasihi bangsa dan rakyat Indonesia.

Sehingga teori gelas penuh yang akan tumpah kesekelilingnya itu akhirnya dapat terwujud.

Apakah itu mungkin ? Sebagian kawan dekat ketika kuceritakan hal ini serta merta mencibir : “Elu kurang istirahat, Made. Jadi mimpinya kebablasan !!”.

Demo dan ancaman mungkin dapat melakukan sesuatu. Demikian pula kekerasaan dan kerusuhan. Tapi ‘doa’ seringkali sudah dilupakan. Sebuah senjata pamungkas yang sudah dibuang jauh-jauh, karena dianggap kuno, gak menghasilkan dan lambat pengaruhnya.

Manusia lupa bahwa ketika kita berdoa kita berurusan dengan kekuatan Maha Dashyat yang mengendalikan tidak hanya langit, bumi, laut dan segala isinya, namun juga jutaan galaksi dan antariksa. Pribadi yang punya otoritas tunggal terhadap waktu, masa dan nasib manusia. Jika IA menutup tak ada yang dapat membuka, meninggikan dan tak ada yang sanggup merendahkan, mematikan dan tidak ada seorangpun yang dapat menghidupkan.

Doa mengundang intervensi TUHAN. Apapun dapat terjadi jika IA sudah terlibat. Tidak ada perkara sebesar apapun yang terlalu mustahil bagi TUHAN, termasuk mengubah hati seseorang.

(Bayangkan apa yang terjadi jika ratusan juta orang Indonesia ini berdoa sungguh-sungguh, demi kemajuan dan kemakmuran bangsa)

Kita kembali menengok judul diatas, kemudian seandainya saja aku akhirnya memiliki kecerdasan, kekayaan dan pengaruh seperti Aburizal Bakrie. Apa sih yang kira-kira akan kulakukan ?

Aku akan ikut mengawasi pemerintah. Mendesak presiden memutasi pejabat-pejabat bandel ke pedalaman gunung Jayawijaya. Menekan kepala daerah, yang waktu berkampanye berjanji ini-itu, mengaku ahli, padahal ‘telmi’ setelah menjabat. Bahkan mengawasi menteri-mentri, yang lebih suka tampil di televisi, berfoto jaim di majalah dan pinggir jalan, padahal tidak berprestasi kerja. Memonitor oknum anggota DPR yang asyik plesiran, main perempuan, korupsi dan lupa bekerja. Mendukung kinerja presiden dan wapres, lewat jalur informal.

Aku akan memberikan pensiun Rp. 500 juta, kepada para guru yang sudah terbukti mengabdi berpuluh-puluh tahun dengan iklash, mencerdaskan para bakal gubernur, mentri, presiden dan pengusaha.

Memberikan 1 M, dalam bentuk ternak, modal kerja dan beasiswa, kepada desa yang masyarakatnya terbukti telah bergotong royong membangun, menjaga dan memakmurkan desa mereka.

Memanggil seluruh orang pintar Indonesia yang terpaksa harus kabur dan bekerja di luar negeri, hanya karena gaji yang kurang dan kurangnya penghargaan terhadap nasinalisme mereka.

Menganggarkan Rp. 1 Miliar setiap tahun untuk pesantren dan pusat-pusat pendidikan agama diberbagai pelosok Indonesia, sehingga para ulama, pendeta, pedanda dan tokoh agama dapat mengarahkan umat mereka kepada jalan yang benar. Dan menjadikan pusat-pusat keagamaan iu sebagai pusat pembentukan akhlak yang mulia, pemuda-pemuda militan ‘yang berani hidup’ berjuang untuk memenuhi takdir mereka sebagai rahmat bagi semesta, dan bukan sebagai tempat berakar nya dendam kesumat, kebencian, balas dendam yang pasti akan menambah lebar luka, mengeruhkan hati nurani, yang jika dilanjutkan tidak akan berakhir sampai kapanpun juga.

Hadiah Rp. 100 Miliar kepada para penegak hukum yang berani membongkar hingga tuntas skandal kejahatan apapun ditubuh lembaga negara.

(ee..kok jadi mirip janji kampanye..hi..hi..)

Memberikan pensiun 1 Triliyun bagi kepala negara/presiden dan wapres, dan 100 Miliar bagi kepala daerah setingkat gubernur, yang dalam masa pemerintahannya telah berhasil membawa dampak kemakmuran dan kemajuan yang signifikan bagi bangsa dan negara.

Dan banyak program lain.

Semoga TUHAN memberkati Aburizal Bakrie dan 100 orang terkaya di Indonesia, sehingga menjadi 100 orang terkaya di dunia dan 100 orang terkaya yang namanya tercantum juga di Sorga ! Karena sampai kapanpun, sepertinya, Sorga tidak akan mungkin terbeli dengan uang, seberapapun besar jumlahnya. Dan TUHAN tak mungkin dapat kita akal-akali, seberapapun cerdas otak yang kita miliki. (selesai)

Senin, 03 Mei 2010

Kau Dengan Gunung Mu, Aku Dengan Gunung Ku

ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer, penulis & grafik desainer


“Begitu banyak orang takut akan persaingan. Ini aneh. Karena permulaan kehadiran kita didunia ini dimulai dalam sebuah proses persaingan. Mungkin kita dapat belajar dari sebuah proses pembuahan. Sel sperma yang berjuta-juta itu harus bersaing sedemikian rupa untuk membuahi satu sel telur. Mereka harus berlomba berenang begitu cepat, berebut untuk mengawini satu sel telur tersebut. Dan yang kuat, cepat, tangguh akan keluar sebagai pemenang”

Demikianlah uraian yang berulang kali ku dengar dari salah seorang ulama yang sangat terkenal, guru sekaligus seseorang yang sangat kukagumi. Tapi kalau boleh jujur, aku tidak terlalu sependapat dengannya. Uraian beliau tentang persaingan kuanggap tidak seratus persen benar.

Mengapa ?

Aku dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang memelihara sebuah persaingan sebagai budaya tak terlepaskan dari kehidupan mereka. (Siapa sih yang tidak ? Aku rasa kita semua mengalami nasib yang sama).

Mula-mula di dunia pendidikan. Sebagian besar dari kita terbiasa/terpaksa belajar dan memperoleh prestasi, seolah-olah seperti dalam sebuah arena persaingan. Juara satu, dua dan tiga. Ranking sepuluh besar. Kebiasaan ini diteruskan dalam dunia kerja, baik dunia profesional maupun bisnis.

Tips dan trick memenangkan kompetisi.
Kiat mengalahkan pesaing.
Cara mengetahui strategi Competitor.
Sebelas langkah untuk segera dipromosikan.
Seratus jurus untuk melampaui karir atasan Anda di kantor.

Kepala ini sudah terlanjur terdoktrin tentang dengan hal-hal seperti itu sehingga hampir tidak ada lagi yang berani bertanya : apakah semua ini mutlak benar ? Benarkah segalanya begitu terbatas ? Benarkah hidup ini tidak menyediakan kecukupan untuk semua orang ? Benarkan TUHAN yang sangat tidak terbatas itu sedemikian miskin, sehingga kita ‘ditakdirkan’ harus saling sikut, saling rampas, adu cepat, adu licik, main dukun, sogok sana sini hanya atas nama memenangkan persaingan. Sementara DIA diatas sana berdiri sebagai wasit –sang pengadu domba- mengganjari para pemenang dan menertawai pecundang-pecundang malang.

Kontradiksi dengan semuanya itu. Bukankah sedari kecil kita juga telah sering mendengar pengajaran-pengajaran sebagai berikut :

“Mungkin bukan rejeki kita”
“Sudah menjadi rejeki dia”
“Rejeki itu sudah kita bawa ketika kita lahir”
“Setiap manusia sudah punya rejeki masing-masing”
“Menjemput rejeki”
“Rejeki tidak mungkin tertukar”
“Iri hati kita tidak menambah atau mengurangi rejeki orang lain”

Periksalah seluruh kitab suci di atas muka bumi ini dan temukan sebuah ayat tentang persaingan. Tentang betapa sedikitnya kemampuan TUHAN memberikan rejeki pada umat-NYA. Tentang betapa terbatasnya segala sesuatu. Dari sana kita akan mendapat gambaran yang jauh berbeda dengan dunia yang didalamnya kita sudha bernafas sejak kecil.

Lalu dari mana doktrin ini berasal ? Apakah pendapat dunia sekuler telah begitu mencemari kita ?

Kita tahu bahwa ada dua jenis manusia didunia ini. Mereka yang beriman dan mereka yang berotak. Ini tidak berarti orang-orang beriman tidak memiliki otak sama sekali dikepala mereka, atau begitu juga sebaliknya mereka yang berotak sama sekali tidak memiliki iman dihati mereka. Ini hanya sebuah istilah yang ingin menggambarkan “tentang apa yang mendominasi kehidupan mereka sehari-hari”.

Bagi mereka yang mengagung-agungkan otak, lebih percaya hanya kepada apa yang mereka lihat, alami dan pelajari. Namun kaum beriman –yang seringkali bersandar pada hati- menaruh kepercayaan pada apa yang tidak kasat mata. Janji TUHAN, pahala, dan lain sebagainya.

Kedua golongan ini saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan lain. Mungkinkah diktat besar mengenai persaingan kemudian ditandatangani disini, lalu diterima sebagai sebuah kebenaran turun temurun ?

Kita belajar karena ingin menduduki ranking tertentu atau bahkan lebih parah dari itu : karena takut tidak lulus dan takut tidak memenuhi syarat pekerjaan di masyarakat. Hanya segelintir orang yang belajar karena rasa ingin tahu yang tulus.

Ingin mendapat pendapatan atau jabatan yang lebih tinggi. Bisnis yang lebih hebat. Uang yang lebih banyak. Lalu mulai bermanuver, politiking, si-sa-si-ji-sa-si : sikut sana sini, jilat sana-sini. Apakah pendekatan ‘memberikan yang terbaik dan berkarya sehebat mungkin’ sudah terlalu kuno dan kurang efektif lagi ?

Bukankah ‘memperbaiki diri’ adalah salah satu takdir yang harus kita penuhi ? Bahwa orang yang keadaannya sama saja dengan hari kemarin adalah orang-orang yang merugi dan bahwa orang-orang yang keadaannya lebih buruk dari kemarin adalah orang-orang terkutuk ? Sama sekali bukan alasan siapa menang dan siapa kalah. Siapa yang mendapat dan siapa yang terpaksa menyerahkan.

Lalu untuk apa kita belajar, memperoleh gelar Prof, Dr., SH, S. Kom, MBA, MSI, TKW, HIV ? Untuk apa seluruh daya upaya, pengorbanan, keringat, strategi, riset, kreatifitas dan usaha yang telah kita dikerahkan ?

Untuk menggali tambang emas gunung rejeki kita masing-masing !

Itu juga berarti, sama sekali tidak menjadi masalah jika kita saling membantu, saling sokong, saling memberi informasi rahasia, saling menyumbangkan tips dan trik, karena kita tidak sedang berebutan menggali satu gunung rame-rame, tapi yang kita lakukan adalah menggali gunung rejeki kita masing-masing, yang sudah ditentukan TUHAN menjadi bagian kita sejak kita lahir.

Saling jegal ? Buat apa !?
Itu hanya sebuah pemborosan energi yang sudah pasti membuat pekerjaan menambang emas kita masing-masing jauh lebih lambat dari kecepatan sebenarnya. Lebih jauh dari itu, hanya merupakan kegiatan yang mengotori hati nurani dan mengundang hal-hal buruk terjadi pada hidup kita.

Sedikit banyak ini merupakan kabar baik bagi para pencundang, bahwa ternyata masih begitu banyak harapan dalam hidup ini. Sebaliknya merupakan kabar buruk buat mereka-mereka yang selama ini membusungkan dada, karena merasa telah mengalahkan banyak orang dalam hidupnya. Bahwa ternyata kemenangan yang mereka raih adalah palsu. Para pemenang palsu ini berlari kesetanan padahal tidak ada yang mengejar mereka. Menggali membabi buta, padahal yang mereka gali adalah gunung mereka sendiri, yang tidak mungkin diganggu gugat oleh siapapun. Oooh poor fake winner…

Bahkan Sun Tzu dalam strategi perangnya mengatakan secara implisit bahwa musuh yang sebenarnya ada dalam diri kita. Sehingga seorang jenderal perang yang ceroboh, akan terbunuh. Penakut, akan tertangkap. Lekas marah, akan mudah terprovokasi dan mereka yang begitu sensitif akan kehormatan akan dengan mudah dipermalukan. Bukankah itu semua ada dalam diri kita ? Dengan kata lain yang membuat kita terbunuh, tertangkap, marah, dan dipermalukan adalah diri kita sendiri dan sama sekali bukan orang lain. Jadi pemenang sejati adalah mereka yang mengalahkan bagian dari diri mereka yang buruk dan sama sekali bukan mengalahkan orang lain.

Jadi bagaimana membuat persaingan tidak relevan lagi ?

Agak sedikit berbeda dengan pendekatan yang Blue Ocean Strategy tawarkan (ada baiknya jika kita kembali kepada kebenaran awal, takdir mula-mula manusia) bahwa : kau berhadapan dengan gunung rejeki mu dan aku berhadapan dengan gunung rejeki ku.

Otomatis persaingan menjadi sangat tidak relevan lagi.

Apakah perenungan ini valid ? Apakah ini sebuah kebenaran yang terlupakan atau lamunan iseng keblinger dari orang yang baru hidup sepertiga abad ? Semuanya kembali kepada diri kita masing-masing tetapi apapun itu : “Terjadilah sesuai dengan iman mu !!!” atau dalam bahasa lain “TUHAN adalah seperti prasangka hamba-NYA”.

Oh iya ada sesuatu yang hampir saja terlupakan. Mengenai analogi sel sperma dan sel telur diatas.

Mungkin ada baiknya jika kita melihat dari sudut pandang berbeda. Yaitu sudut pandang sel telur. Bahkan satu sel telur tidak perlu merasa kuatir akan sel sperma untuknya, karena TUHAN telah menyediakan berjuta-juta sel sperma, yang tanpa diminta berenang dan berusaha membuahinya.

Pola pandang seperti ini memang cenderung ganjil dan nyeleneh.

Tapi paling lewat pola pandang seperti ini berakibat
hidup menjadi begitu luar biasa,
sesama yang selama ini dipandang sebagai ancaman, berubah menjadi partner yang menyenangkan,
hati yang semula bergejolak dalam pertempuran yang tidak perlu kini mengalir teduh dan
TUHAN dimuliakan karena ketidakterbatasan kemampuan BELIAU menyediakan segala sesuatu untuk semua.

What a wonderfull world !
What an abundance life !!
What an exciting journey !!!

(selesai)
Nb.
Ada profile Made Teddy Artiana di Majalah Human Capital terbaru (edisi 73, April 2010)

Kamis, 11 Maret 2010

We Love You, Bunga Cintra Lestari !!

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
-company profile developer-


Jika ada yang bilang ku lupa kau
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku tak setia
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Jika ada yang bilang ku tak baik
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku berubah
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Saat kau ingat aku ku ingat kau
Saat kau rindu aku juga rasa
Ku tahu kau s'lalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik
Yang bisa ku lakukan
Tuhan yang tahu ku cinta kau


Hampir semua orang tahu potongan syair diatas adalah lagu milik Bunga Citra Lestari. Coba luangkan waktu mengamati syair-syairnya. Isinya tentang cinta, godaan, kesetiaan yang sungguh dan TUHAN.

Cinta dan kesetiaan memang tidak dapat dipisahkan dari TUHAN.

Sekarang bandingkan dengan syair-syair perselingkuhan yang laku keras akhir-akhir ini. Lagu-lagu yang memandang remeh terhadap kesetiaan, cinta dan sekaligus memandang remeh terhadap TUHAN sumber segala sumber cinta.

(para alim ulama dan tokoh agama berkata : “para artis dan pencipta lagu-lagu jenis ini suatu saat-cepat atau lambat- akan berurusan dengan DIA dan merasakan betapa uang yang mereka dapatkan dari semua itu tidak akan mampu menghibur, mengobati dan mendatangkan damai sejahtera bagi mereka. As long as lagu-lagu perselingkuhan milik mereka bergema dan mempengaruhi orang, selama itu pula laknat itu akan terkirim, bahkan sampai ke liang lahat !!”)

Jika demikian lagu milik BCL itu laksana kolam renang di tengah padang pasir, emas diantara kotoran sapi yang menggunung atau burung cendrawasih dianata kumpulan burung bangkai.

Memang lagu tidak dapat dijadikan satu-satunya penyebab terjadinya segala kekacauan akibat perselingkuhan ini. Semuanya berpulang pada pribadi masing-masing. Tetapi lagu-lagu, film, TV, radio dan sebagainya memegang peranan luarbiasa dalam menformat bawah sadar seseorang.

Tidak percaya ? Silakan buktikan sendiri.
Selama satu minggu kedepan, berhenti mendengarkan lagu-lagu bertema perselingkuhan (atau segala sesuatu yang tidak membangun) lalu gantikan dengan sesuatu yang memotivasi.

Bahkan tak jarang lagu-lagu perselingkuhan menjadi semacam theme song bagi seseorang yang sedang menjalaninya, sehingga mereka seolah-olah merasa sedang beradegan disebuah video klip.

Memang kadang akibatnya bisa jadi tidak langsung terasa, tetapi lagu-lagu yang “nakal” (aku lebih suka menyebutnya : jahat) dapat dianalogikan seperti seseorang yang sedikit demi sedikit sedang membangun tembok pembatas dan tersadar setelah tembok itu terlalu tinggi untuk diloncati, terlalu kuat untuk dirubuhkan, terlalu perkasa untuk dikalahkan.

Siapakah yang dapat membawa bara api dalam bajunya dan tidak terbakar karenanya ?

Demikian pula perselingkuhan. Dunia terlanjur mempromosikan “racun tikus” ini sebagai vitamin yang menawarkan petualangan, kesegaran dan kenikmatan. Aman dan harus dicoba. Padahal perselingkuhan hanya akan membawa sebuah luka bathin yang susah disembuhkan, kehancuran dan ketidakharmonisan dengan hidup dan Sang Pencipta.

Bagaimana kira-kira nasib bangsa ini jika orang-orangnya tidak memandang hormat terhadap cinta, kesetiaan dan pernikahan ? Padahal manusia dibentuk pertama kali dan terutama didalam keluarga mereka ?

Sementara orang-orang tua –kehilangan hikmat- menanggapi itu hanya dengan tersenyum tipis : “Dasar anak muda jaman sekarang”. Atau malah menjadi tauladan bejat dengan berselingkuh bak anak muda.

Bagaimana jika korban perselingkuhan adalah ibu kandung kita ? atau ayah kandung kita ? Apakah nikmat rasanya jika anak, adik, kakak kita terluka karenanya ? Atau jika kita korbannya adalah kita sendiri ? Jika demikian mengapa kita seringkali memposisikan diri sebagai sales marketing perselingkuhan ?

Client kami, seorang mantan pengusaha ternama (dan anak pengusaha ternama pula) yang kemudian bangkrut, karena ulah sang ayah yang berselingkuh dengan artis, nyata-nyata menjadi korban tragis semua itu. Bahkan dihari pernikahannya, dengan mata basah oleh air mata dan wajah memendam luka, ia dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan sang ayah masih bermesraan dengan selingkuhannya, didepan istri dan semua undangan pernikahan.

Padahal bukti terbesar cinta kita pada anak-anak kita, adalah mencintai ayah/ibu mereka –atau pasangan kita- dengan tulus dan setia. Harta, kesuksesan, jabatan hanya nomer sekian yang menyenangkan namun belum tentu membahagiakan.

Belum lagi seorang client kami yang lain, nyaris bunuh diri karena dua minggu sebelum acara pernikahannya berlangsung (semuanya telah disiapkan, bahkan undangan sudah tersebar). Calon istrinya membatalkan seluruh rencana pernikahan dan kabur dengan selingkuhannya.

Padahal bakti terbesar kita pada kedua orang tua kita adalah menjadi manusia berakhlak mulia, yang bisa mereka banggakan dihadapan TUHAN kelak. Karena tidak satupun bentuk kesuksesan, harta, jabatan yang terlalu hebat dan dapat dibanggakan waktu itu.

Belum lagi curhat via email seorang ibu dengan dua anak, yang begitu menderita bathin karena terpaksa beradegan palsu setiap hari, dengan berpura-pura tidak mengetahui perselingkuhan suami, demi keutuhan rumah tangga dan anak-anak tercinta.

Ada pula seorang pengusaha warung tenda yang sukses yang akhirnya bangkrut lontang-lantung ditinggal istri karena berselingkuh dengan wanita lain dan kini terpaksa jadi sopir angkot.

“Saya kualat sama istri saya Mas”, katanya disuatu kesempatan padaku sambil menangis tersedu-sedu penuh penyesalan,”tapi sekarang sudah terlambat Mas, sudah terlanjur hancur-hancuran. Sudah kering kali air mata ini Mas minta ampun”.

Daftar ini jika dipanjangkan besar kemungkinan akan jadi sebuah buku setebal ratusan halaman.

Seorang sahabat pernah mengingatkan, “Perselingkuhan atas nama apapun adalah sebuah bentuk penghinaan terhadap keberadaan TUHAN.”

Seorang Ustadz yang sangat terkenal, dalam sebuah kutbah nikah tak bosan-bosan mengingatkan, bahwa suami yang sukses dan mulia adalah suami yang mencintai, setia dan memuliakan istrinya.

Akhir kata :

“TUHAN yang tahu, ku cinta kau”

BCL, semoga dirimu dan Ashraf berbahagia selalu dan entah apakah ada upaya pemakzulan presiden atau tidak, yang jelas…LANJUTKAN !!!

(we love you BCL)

(***)

Rabu, 06 Januari 2010

“Odol” dari Surga

ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
(fotografer yang hobby menulis)


Cerita menggelikan ini kudengar ketika duduk dibangku SMA dulu. Cerita yang akhirnya tertulis begitu dalam di relung-relung hati. Cerita yang meskipun naif, namun bermakna sangat dalam.

Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol dipenjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan. Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?

Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA . Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat. Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.

Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik : “TUHAN, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”. Doa selesai. Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.

Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.
“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya,” Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak..!!!”
Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.
“Diam !!”, bentak sang petugas,”Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”
“Tapi Pak…Sssa..”

Brrrraaaaang !!!!

Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.
Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.

Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.

“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.
“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.
Petugas pun ngeloyor pergi.

Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.

Tiba-tiba saja lutunya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri. “Ya..TUHAAANNN !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu. Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.

Kisah tersebut sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal itu. Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.

Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan oleh Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan IA yang menciptakan mereka.

Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku : “Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora setiap saat”.


*** Abuna, betapa aku bersyukur TUHAN membuat kau pernah mengalami itu ***