Senin, 17 Desember 2012

Insiden di Musim Kawin Anjing : Ampuuuunnnn...!


Oleh Made Teddy Artiana



Di rumah kami ada beberapa anjing. Dua diantaranya adalah Chiko –mix Terier, yang bentuknya mirip sekali dengan serigala coklat mungil- dan Labra –mix Labrador, bertelapak besar dengan struktur tubuh tinggi kokoh, warna bulu hitam pekat yang akan segera saja menghilang di gelapnya malam. Keduanya sungguh anjing yang unik dan sangat menyenangkan. Sampai ketika musim kawin tiba.  Chiko : cowok, Labra : cewek, otomatis keduanya dirancang oleh Penciptanya untuk kawin di musim itu. 

Permasalahannya? Chiko lebih pendek dari Labra. Jika di dunia manusia, persoalan tinggi rendah ini bukanlah sebuah masalah yang serius, namun tidak demikian dengan dunia per-anjing-an. Usaha Chiko mengawini Labra, beberapa kali gagal total, tak perduli seberapa sering Chiko berusaha sekeras-kerasnya, perkawinan itu pasti kandas dan menyisakan Chiko yang terduduk di teras sambil tersengal-sengal kelelahan, menjulurkan lidahnya. Perkawinan yang gagal, hanya karena persoalan tinggi badan!

Karena tak tega, akupun memutuskan untuk berkonsultasi dengan salah seorang Om, yang dulu juga memelihara anjing.
“Cari tempat seperti tangga, letakkan Labra di bawah tangga dan Chiko diatasnya”, ujar Om Heri
Sebuah ide yang briliant! Mengapa tidak pernah terlintas sebelumnya dipikiranku! Namun, kalimat terakhirnya yang mengerikan.
“..dan kamu, Ted. Harus memegangi Labra. Khan kamu yang pelihara, jadi kamu harus tanggung jawab”, ujar Om Heri serius.
Lho kok jadi aku yang ketiban-pulung?! Something wrong neh..! 

Lagian memegangi Labra ketika ‘proses’ itu berlangsung?! Busyeet!..itu mah perkosaan namanya!! Apalagi aku terlibat di sana..! Ya ampuunn...apa kata duniaa..!!??
Ide yang semula kuanggap briliant itu segera saja berubah menjadi ide gila.

Hari berlalu, perkawinan keduanya masih saja belum terjadi. Chiko terlihat semakin frustasi. Pada malam hari, kerap ia memperdengarkan lolongan penuh arti. Sementara Labra, seolah tak terjadi apa-apa, stay cool! Tidak tega menyaksikan ‘penderitaan' Chiko, akhirnya aku memutuskan untuk menjalankan rencana gila Om Heri.

Disuatu pagi yang indah, setelah memastikan tidak ada siapapun yang melihat, baik tetangga ataupun orang rumah, dengan rekayasa yang rapi ala PKI, Labra berhasil ku jebak diantara tangga dekat kolam depan. Aku memeganginya dari depan. Dengan grogi, segera kupanggil Chiko mendekat. Labra menatapku polos, tak mengerti. Awalnya Chiko tampak ragu-ragu, namun mungkin karena terdesak oleh naluri, Chikopun mendatangi Labra dari belakang, pada posisi yang lebih tinggi, ia siap beraksi.

Berbeda dengan tatapan Labra, ekspresi Chiko demikian bernafsu. Lidahnya yang terjulur-julur dan matanya yang berkilat-kilat itu sedikit banyak mewakili hasratnya, setidaknya menurutku. Namun justru tatapan Labralah yang membuat aku memutuskan untuk memalingkan wajahku dari adegan porno itu. Terlalu mengerikan! Maka kualihkan pandangan ke atas, melihat awan-awan.
“Ok guys..I see nothing..no witness”, bisikku perlahan
Dengan wajah memanas, karena malu hati dan tangan gemetaran, bisa kurasakan tubuh Labra bergerak-gerak ke kiri kanan, depan-belakang. Begitu sibuk.

Beberapa saat kemudian tubuh Labra berhenti bergerak. Wah kayanya udah kelar nih, bathinku sambil ternyum-senyum sendiri. Perlahan, akupun melihat kearah mereka, untuk memastikan apakah segalanya telah berjalan sesuai rencana. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata Chiko belum juga berhasil melakukannya..! Dan keduanya kini menatapku dengan pandangan aneh..
Dasar Chikoooo..kampreeett..!! Gagal maning..gagal maning..!!

Insiden itu membawa trauma tersendiri buatku, sehingga aku memutuskan untuk menghindari keduanya...
Beberapa hari berselang, wajah Om ku kembali terlintas di pikiran ini. “Kamu harus tanggung jawab!”. Bagaikanhypnotherapy, kata-kata itu terus terngiang di telinga. Mengikutiku kemana saja. Grrrrhhhh...! Kok jadi ribet gini sih hidup gw gara-gara musim kawin anjing..!!

Akhirnya terdorong perasaan kesal, iba, malu campur jadi satu, akupun memutuskan untuk berdoa. Doa singkat dan ngasal, lebih mirip ngedumel. “Sepertinya Pencipta-nya yang harus bertanggung jawab dengan semua ini, aku hanya ‘dititipkan’”
Selang beberapa hari, doakupun terjawab. TUHAN mengerti doa aneh dan kurangajar itu. Sesuatu seperti berbisik di pikiranku.
“Kurung mereka di garasi!”.

Entah dari mana perintah itu berasal, aku memutuskan untuk mengikutinya. Saat sore tiba, Labra dan Chiko segera aku kurung di garasi. Keadaan serta merta jadi hiruk-pikuk. Keduanya berkejaran kesana-sini. Benda-benda berjatuhan ke lantai. Sungguh sebuah pergumulan yang heboh. Dan aku memutuskan untuk tidak ikut campur. Maka kutinggalkan saja keduanya bergumul di garasi.
Tengah malam, sekonyong-konyong aku teringat akan Chiko dan Labra. Wah! Sepertinya harus ditengok nih.. Dengan berjingkat-jingkat, akupun berjalan menuju garasi.

“Oh my goodness!”, seruku spontan.

Denyut jantung ini seakan berhenti sesaat. Disana, dalam keremangan garasi, Chiko tampak terkapar tak bergerak di lantai, sementara Labra berdiri tegak. Bagian belakang keduanya menempel satu sama lain. Rupanya mereka telah berhasil kawin..!
Perlahan aku berjongkok didepan garasi, mendekati kepala Chiko. Tatapan matanya kosong, mirip tatapan orang yang mati lantaran Viagra. Dengan hati-hati ku sentuh moncongnya.

“Chiko...hei..Chiko..”.
Ia diam.
"Chikooo...heh..Chikooo..!"
Aku mulai panik. Chiko  masih tidak bergerak. 
Wah alamat panjang nih urusan! bathinku.
“Chiko...”, sekali lagi ku tampar pipinya.
Mata Chiko berkedip-kedip, mirip boneka barbie yang bateraynya lowbat
“Thank’s God..!”, bisikku lirih, “pingsan only rupanya”.

Selanjutnya kedua kuping Chiko begerak-gerak, diikuti keempat kakinya. Ternyata Chiko hanya kelelahan. Kini anjing cowok malang itu mulai berusaha melepaskan diri dari pasangannya. Rupanya telah terjadi ‘pertempuran’ yang demikian seru satu-dua jam sebelumnya.

“Jiiaaahhh..payah lue Ko..”, ujarku sambil menoel moncongnya,”baru segitu sudah tepar..nafsu besar tenaga kurang..!!” (*

Penulis buku komedi inspirasi berdasarkan kisah nyata
“BALADA 13 Pembantu Rumah Tangga (yang pernah bekerja di rumah kami)”

5 komentar:

  1. Ampun pak teddy :P hhahaha....

    Tuhan selalu bertanggung jawab hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow!!..itu adalah inti dari cerita ini. Cerdas..!!!

      Hapus
  2. Hello ... Pak Tedy.

    Saya mohon...jangan di kawinkan doggy2 nya tersebut.... jika ada teman2 Pak Tedy yang mau anjing ras atau mix... saya bisa kenalkan kepada teman2 saya yang ada di JAAN dan ICARE dan yg lainnya.. ... mereka menolong anjing2 yang terlantar... krn banyak yg dibuang2 org... Thanks....

    BalasHapus
  3. hahahaha...iya Linda. Gak apa-apa kok. Sejauh ini selalu ada orang-orang penyanyang doggie yang mengdaopsi doggie kami. dan kami tetap keep contact sampai hari ini, malah jadi teman baik. btw..thanks atas sarannya :)

    BalasHapus
  4. Doggyku ngak berhasil2 kawin, ngak sampai nempel. Yang jantan ngos2an, sudah 3 hari gagal, kasian juga, sudah dikasi pelicin untuk anjing tetep ngak mau. Katanya harus dibawa ke pawang anjing yang biasa ngawinin anjing tapi bayarnya mahal. Jadi saya putuskan natural saja, semoga berhasil dan tetap semangat kawin

    BalasHapus