Selasa, 18 Desember 2012


The Age of Paradox : How Flexible Can You Go?
Oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom


“Dokter semakin banyak, rumah sakit semakin banyak, teknologi kedokteran semakin canggih, namun mengherankan jumlah orang sakit dan jenis penyakit semakin banyak”.


Seorang owner sebuah rumah sakit swasta pernah berkata demikian kepadaku. Believe it or not memang. Tapi demikianlah kenyataan di lapangan.

Jika direnungkan lebih jauh, pernyataan diatas punya kesamaan dengan pendapat segolongan pengamat terhadap perkembangan gadget dewasa ini. “Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat”. Pernah menyaksikan dua orang suami-istri duduk bersebelahan, tanpa bicara sepatah katapun, namun asyik bergadget-ria dengan teman masing-masing yang berada bermil-mil jauhnya dari mereka?

Keduanya memuat sebuah paradox. Sesuatu kenyataan yang berlawanan atau bertolak belakang.  Itu baru sebagian kecil paradox yang terlihat disekitar kita. Seandainya saja kita punya waktu untuk memperhatikan, kita akan sangat terkejut. Namun sayang teknologi yang seharusnya membuat hidup kita  mudah, justru berbalik, memakan waktu, bahkan mengejar kita bak anjing gila. 24 jam sehari, rasa kurang.

Adalah seorang Charles Handy, penulis puluhan buku management dan bisnis, diantaranya The Age of Unreason (1989) dan The Age of Paradox (1995), yang sangat fenomenal itu. Bahkan saking fenomenalnya, konon kedua buku tersebut adalah bacaan wajib bagi mereka yang mengambil program doktoral.

“Life will never be easy, or predictable, or completely predictable. It will be best understood backward, but we have to live forward. To make it liveable, at all levels, we have to use the paradoxes-to balance contradictions and inconsistencies..”

Jelas bahwa dunia memang memasuki era baru (turbulent era), dimana pengalaman-pengalaman nyaris berhenti menjadi guru yang baik. Apalagi dari sekolah dasar kita dicekoki dengan prinsip : Pengalaman adalah guru yang baik. Nah bagaimana dengan sekarang, jika sebagian besar pengalaman menjadi tidak relevan, tidak masuk akal dan tidak logis? Padahal database kita selama ini selalu penuh diisi oleh sesuatu bernama : pengalaman. Jadi telah tiba saatnya dimana kita yang selama ini mengandalakan memory (ingatan), mulai belajar menggunakan imajinasi.

Alvin Toffler, mengatakannya jauh-jauh hari, dengan cara tidak jauh berbeda dalam Future Shock (1984). Misalnya dalam hal perkembangan teknologi.
“Our technological powers increase, but the side effects and potential hazards also escalate.”

 Dalam dunia investasi, Charles Buffet mengatakannya dengan setengah bergurau ;)
“Be fearful when others are greedy and greedy when others are fearful

Lalu apa yang bisa kita lakukan dalam keadaan seperti ini? Bagaimana manusia dapat bertahan, bahkan menang dalam era ‘liar’ seperti ini? Dimana perubahan bukan hanya suatu hal dalam hidup, namun adalah hidup itu sendiri.
Dalam sebuah sesi persiapan menjadi instruktur Yoga yang tengah rutin ku jalani, aku menemukan jawabannya.

“Fleksibelitas adalah hal urgent bagi kesehatan,” demikian ia bertutur,”fleksibelitas bukan soal seberapa heboh Anda sanggup meliukkan badan secara akrobatik, namun fleksibel memuat issue penting : yaitu peregangan, darah yang mengalir lancar, oksigen yang menyebar keseluruh tubuh, pembuluh limfe yang bergerak tanpa hambatan membunuh penyakit dan mengangkut racun, yang kesemuanya adalah unsur penting dalam sebuah kesehatan”.

Kata kuncinya adalah : fleksibelitas. Jika berbicara kata “adaptasi” semua orang hampir sepakat bahwa “kreatifitas” memegang peranan disana. Apapun bidang yang kita tekuni, fleksibelitas adalah mantra sakti yang akan menjadi semakin sakti dikemudian hari. Tidak mengherankan jika kemudian Daniel H Pink, penulis a Whole New Mind (2006) kemudian dengan berani mengatakan bahwa era ini akan dikuasai oleh mereka-mereka yang tidak hanya berotak, namun terlebih kepada mereka yang berotak kanan.  Bukan pada logika semata-mata, melainkan pada ayunan liar intuisi.

Selamat melatih fleksibelitas Anda masing-masing. NAMASTE J
(*)

Senin, 17 Desember 2012

Insiden di Musim Kawin Anjing : Ampuuuunnnn...!


Oleh Made Teddy Artiana



Di rumah kami ada beberapa anjing. Dua diantaranya adalah Chiko –mix Terier, yang bentuknya mirip sekali dengan serigala coklat mungil- dan Labra –mix Labrador, bertelapak besar dengan struktur tubuh tinggi kokoh, warna bulu hitam pekat yang akan segera saja menghilang di gelapnya malam. Keduanya sungguh anjing yang unik dan sangat menyenangkan. Sampai ketika musim kawin tiba.  Chiko : cowok, Labra : cewek, otomatis keduanya dirancang oleh Penciptanya untuk kawin di musim itu. 

Permasalahannya? Chiko lebih pendek dari Labra. Jika di dunia manusia, persoalan tinggi rendah ini bukanlah sebuah masalah yang serius, namun tidak demikian dengan dunia per-anjing-an. Usaha Chiko mengawini Labra, beberapa kali gagal total, tak perduli seberapa sering Chiko berusaha sekeras-kerasnya, perkawinan itu pasti kandas dan menyisakan Chiko yang terduduk di teras sambil tersengal-sengal kelelahan, menjulurkan lidahnya. Perkawinan yang gagal, hanya karena persoalan tinggi badan!

Karena tak tega, akupun memutuskan untuk berkonsultasi dengan salah seorang Om, yang dulu juga memelihara anjing.
“Cari tempat seperti tangga, letakkan Labra di bawah tangga dan Chiko diatasnya”, ujar Om Heri
Sebuah ide yang briliant! Mengapa tidak pernah terlintas sebelumnya dipikiranku! Namun, kalimat terakhirnya yang mengerikan.
“..dan kamu, Ted. Harus memegangi Labra. Khan kamu yang pelihara, jadi kamu harus tanggung jawab”, ujar Om Heri serius.
Lho kok jadi aku yang ketiban-pulung?! Something wrong neh..! 

Lagian memegangi Labra ketika ‘proses’ itu berlangsung?! Busyeet!..itu mah perkosaan namanya!! Apalagi aku terlibat di sana..! Ya ampuunn...apa kata duniaa..!!??
Ide yang semula kuanggap briliant itu segera saja berubah menjadi ide gila.

Hari berlalu, perkawinan keduanya masih saja belum terjadi. Chiko terlihat semakin frustasi. Pada malam hari, kerap ia memperdengarkan lolongan penuh arti. Sementara Labra, seolah tak terjadi apa-apa, stay cool! Tidak tega menyaksikan ‘penderitaan' Chiko, akhirnya aku memutuskan untuk menjalankan rencana gila Om Heri.

Disuatu pagi yang indah, setelah memastikan tidak ada siapapun yang melihat, baik tetangga ataupun orang rumah, dengan rekayasa yang rapi ala PKI, Labra berhasil ku jebak diantara tangga dekat kolam depan. Aku memeganginya dari depan. Dengan grogi, segera kupanggil Chiko mendekat. Labra menatapku polos, tak mengerti. Awalnya Chiko tampak ragu-ragu, namun mungkin karena terdesak oleh naluri, Chikopun mendatangi Labra dari belakang, pada posisi yang lebih tinggi, ia siap beraksi.

Berbeda dengan tatapan Labra, ekspresi Chiko demikian bernafsu. Lidahnya yang terjulur-julur dan matanya yang berkilat-kilat itu sedikit banyak mewakili hasratnya, setidaknya menurutku. Namun justru tatapan Labralah yang membuat aku memutuskan untuk memalingkan wajahku dari adegan porno itu. Terlalu mengerikan! Maka kualihkan pandangan ke atas, melihat awan-awan.
“Ok guys..I see nothing..no witness”, bisikku perlahan
Dengan wajah memanas, karena malu hati dan tangan gemetaran, bisa kurasakan tubuh Labra bergerak-gerak ke kiri kanan, depan-belakang. Begitu sibuk.

Beberapa saat kemudian tubuh Labra berhenti bergerak. Wah kayanya udah kelar nih, bathinku sambil ternyum-senyum sendiri. Perlahan, akupun melihat kearah mereka, untuk memastikan apakah segalanya telah berjalan sesuai rencana. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata Chiko belum juga berhasil melakukannya..! Dan keduanya kini menatapku dengan pandangan aneh..
Dasar Chikoooo..kampreeett..!! Gagal maning..gagal maning..!!

Insiden itu membawa trauma tersendiri buatku, sehingga aku memutuskan untuk menghindari keduanya...
Beberapa hari berselang, wajah Om ku kembali terlintas di pikiran ini. “Kamu harus tanggung jawab!”. Bagaikanhypnotherapy, kata-kata itu terus terngiang di telinga. Mengikutiku kemana saja. Grrrrhhhh...! Kok jadi ribet gini sih hidup gw gara-gara musim kawin anjing..!!

Akhirnya terdorong perasaan kesal, iba, malu campur jadi satu, akupun memutuskan untuk berdoa. Doa singkat dan ngasal, lebih mirip ngedumel. “Sepertinya Pencipta-nya yang harus bertanggung jawab dengan semua ini, aku hanya ‘dititipkan’”
Selang beberapa hari, doakupun terjawab. TUHAN mengerti doa aneh dan kurangajar itu. Sesuatu seperti berbisik di pikiranku.
“Kurung mereka di garasi!”.

Entah dari mana perintah itu berasal, aku memutuskan untuk mengikutinya. Saat sore tiba, Labra dan Chiko segera aku kurung di garasi. Keadaan serta merta jadi hiruk-pikuk. Keduanya berkejaran kesana-sini. Benda-benda berjatuhan ke lantai. Sungguh sebuah pergumulan yang heboh. Dan aku memutuskan untuk tidak ikut campur. Maka kutinggalkan saja keduanya bergumul di garasi.
Tengah malam, sekonyong-konyong aku teringat akan Chiko dan Labra. Wah! Sepertinya harus ditengok nih.. Dengan berjingkat-jingkat, akupun berjalan menuju garasi.

“Oh my goodness!”, seruku spontan.

Denyut jantung ini seakan berhenti sesaat. Disana, dalam keremangan garasi, Chiko tampak terkapar tak bergerak di lantai, sementara Labra berdiri tegak. Bagian belakang keduanya menempel satu sama lain. Rupanya mereka telah berhasil kawin..!
Perlahan aku berjongkok didepan garasi, mendekati kepala Chiko. Tatapan matanya kosong, mirip tatapan orang yang mati lantaran Viagra. Dengan hati-hati ku sentuh moncongnya.

“Chiko...hei..Chiko..”.
Ia diam.
"Chikooo...heh..Chikooo..!"
Aku mulai panik. Chiko  masih tidak bergerak. 
Wah alamat panjang nih urusan! bathinku.
“Chiko...”, sekali lagi ku tampar pipinya.
Mata Chiko berkedip-kedip, mirip boneka barbie yang bateraynya lowbat
“Thank’s God..!”, bisikku lirih, “pingsan only rupanya”.

Selanjutnya kedua kuping Chiko begerak-gerak, diikuti keempat kakinya. Ternyata Chiko hanya kelelahan. Kini anjing cowok malang itu mulai berusaha melepaskan diri dari pasangannya. Rupanya telah terjadi ‘pertempuran’ yang demikian seru satu-dua jam sebelumnya.

“Jiiaaahhh..payah lue Ko..”, ujarku sambil menoel moncongnya,”baru segitu sudah tepar..nafsu besar tenaga kurang..!!” (*

Penulis buku komedi inspirasi berdasarkan kisah nyata
“BALADA 13 Pembantu Rumah Tangga (yang pernah bekerja di rumah kami)”

Rabu, 05 Desember 2012

Your Status, Your Brand ;)



By : Made Teddy Artiana



Iseng mengamati "status" dari 396 orang teman di BB-ku, ternyata bisa mrp selingan tersendiri. Terutama disaat mencari inspirasi. Beragam sih..

Ada status yang bernada MOTIVASI
"Aku pasti bisa"
"Reaaccchhhh..! The targeett..!!!"
"I believe I can fly"
"Gambatteeee..! !!!"
....

Ada juga yg bernada GALAUW
"Kita sudahi saja..."
"Pilih aku atau dia, dia, dia"
(Selingkuhan kebanyakan)
"Berikan aku kesempatan"
"Ku berlari, kau terdiam"
...

Ada status SPIRITUAL. Khusus buat dibaca TUHAN.
"Apa salahku, ya Tuhan?"
"Ya Tuhan, mengapa Kau ijinkan ini terjadi?"
"Jika itu kehendak-Mu"
..

Sampe yang nyeleneh...
"Ya TUHAAAN, niy orang..! Minta ditabok kali yeeee!!?!?"
...

Ada juga yg 'feeling blue' gitu, bahkan rada2 membuat bulu kuduk dan bulu lain berdiri...
"Finaly, I found you"
"Kukatakan dgn flower, Dyah"
"Mengingat aroma tubuhmu, Mas Joko"
"Gak sabarr nunggu Malam Jumat"
"Saatnya praktekan gaya yg rumit :p"
...

Ada yg 'stealth'..alias tipe misterius. Jadi hanya dia, Tuhan dan setan yang mengerti : apa gerangan yang tengah terjadi.
"Akhirnya.."
"Walaupun"
"Benjut"
"Merona"
"Faith"
...

Status (ISTI) juga ada. Ikatan Suami Takut Istri..hahaha. .contoh..
"@kantor, agak telat macet"
"@resto ABC, sama temen2 cowok semua"
"@HK. Aku di hotel, Ma..belajar. Males keluar"
"Shinta gak jadi ikut. Aku sendirian. Sumpaaah!!"

Yang parah status2 ANEH dibawah ini..yg sering buat ngakak
"Geser dikiiit dong, Mbak. Gak kebagian tempat duduk nih!"
"Jadi kita nikah???"
"Adeeekk..Mama sdh bilang jangan mainin remote TV"

Dan yang paling GAWAAAT status berikut...
"Yem, peristiwa semalem nyonya gak boleh tau yaaaahh.."

MORAL-nya adalah..jika hampir setiap orang menggunakan BB atau FB atau Twitter untuk mengekspresikan diri, berarti secara tidak sengaja proses PERSONAL-BRANDING pun terbentuk.
So..hati2 dgn status Anda...hahahaha.. (*)

Ssttt..! Marketing Bisu



Oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom



"Pak, apakah orang yang pendiam seperti saya bisa jadi marketer hebat?", tanya seseorang kepada saya.

Jujur pertanyaan ini menggelitik. Betapa tidak, bagi sebagian besar customer, marketer (sales) punya sisi gelap tersendiri, yaitu : talking too much and full of shit sometimes.

Janji surga, kalau sudah laku dan capai target, langsung ngilang lenyap tak ketahuan rimbanya.Hahaha..tunggu, jangan tersinggung dulu..karena salah satu profesi saya adalah marketer. Dan stigma itu..seringkali masih melekat erat di jidat kita, mungkin karena itulah maka saya seringkali menggunakan jurus : marketing bisu.

Maksudnya gini, bukan sama sekali tidak bicara, tapi mengurangi bicara kita
hingga 75%..! Apa mungkin? Sangat mungkin!

Pernah terkesan akan penampilan unik seseorang setiap bertemu? Nah itu silent marketing. Pernah mendapat sesuatu lewat tulisan seseorang di facebook atau milis? Nah itu
juga silent marketing.
Pernah terngiang-ngiang komentar singkat yang diucapkan dengan nada suara + dialek seseorang? Itupun silent marketing.

Membawa seekor German Shpperd (doggie) kesayangan jalan-jalan keliling kompleks sehari 2 kali,memelihara ayam ketawa di rumah sebagai maskot, update status di BB, upload video di youtube...dan sebagainya dan seterusnya...semuanya ternyata punya DAYA JANGKAU yang tidak dapat diremehkan.

Adalah seorang Lawrence Chan, seorang photographer dan juga marketer menuliskan sesuatu yang sangat inspiratif : Silent gratitude isn't much use to anyone, so thank someone today. Since this is a marketing strategy blog, social media can play a huge role in the recognition of gratitude. A simple tag, @reply or etc. can be seen by the public..

FAKTANYA menjadi seorang marketer yang hebat –dijaman gadget seperti sekarang- tidak diperlukan banyak  omong.
Sebuah artikel misalnya, hanya sekali tekan enter...sampailah ia di Amrik. Suara seorang marketer (sekalipun berteriak)..mungkin sudah tak terdengar di tikungan kompleks.

Seorang berpakaian merah diantara kumpulan mereka yang berpakaian biru, seoranggondrong diantara orang-orang gundul..dalam istilah fotografinya..tentunya sangat 'STAND OUT' dari background. Demikian juga seorang marketer pendiam, diantara para marketer yang berkicau.

"Dia itu gak banyak omong, tapi tanggung jawabnya bisa diadu..!"
Komentar seperti itu tentu sangat jauh lebih berarti dibanding : "Jangan percaya dia. Lebay! Ngomongnya selangit, janji surga doang..!"

Bahkan pada titik tertentu, kita akan sadar bahwa skill utama yang sangat
kritikal bagi seorang marketer bukan bicara, tapi keahlian dalam MENDENGARKAN
client. (*)

The “Hidden Message & True Power” of Water

ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
(mail : teddyartiana_photography@yahoo.com)



“Jangan ngomong jorok didepan sumur..mur..mur..mur !!”
Kira-kira itu perintah ‘aneh’ yang kami terima begitu saja –walau tanpa penjelasan yang kami anggap memadai, dan tanpa echo tentunya- pada saat kecil dulu.

Paling banter, alasan yang diberikan dari mereka orang-orang tua saat itu adalah : air sumur itukan untuk diminum, jadi harus ndak boleh sembarangan. (titik ! siapapun yang nekad mbalelo bertanya-tanya, pasti akan merasakan akibatnya)

Dengan sama sekali tidak bermaksud untuk musryik, mungkin senada dengan semua itu, seorang yang sakit berangsur pulih, ketika diberi minuman yang telah didoakan (bahasa dukunnya : dijampi-jampi). Inipun tidak mendapat penjelasan apa-apa, selain : yang mendoakan itu sakti !!

Tiga puluh tahun berlalu, hingga dua buah buku karangan Dr. Masaru Emoto berada digenggaman. “The Hidden Message from Water” dan “The True Power of Water” (sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia) dua buku yang mengungkapkan fakta ilmiah yang luar biasa dari air.

Dalam buku itu Dr. Masaru Emoto menemukan bahwa air dapat menyimpan segala bentuk pengaruh emosi yang diberikan oleh lingkungannya. Baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Caranya pun beragam, lewat kata-kata, perasaan bahkan tulisan ! Dan ini semua dapat dibuktikan oleh siapa saja lewat analisa molekul dengan cara Water Crystal Photography.

Maksudnya begini, segelas air yang didoakan, ketika dicek molekul-molekulnya akan berbentuk persegi enam atau lima dengan sebentuk bunga-bunga kristal yang sangat indah, namun air yang sengaja dikata-katai dengan sesuatu yang buruk, akan menampakkan bentuk molekul yang mengerikan. Hal yang sama berlaku untuk pengaruh yang terjadi pada air dalam gelas yang diberi tulisan “Thank’s” jika dibandingkan dengan yang diberikan tulisan “Fool !!”. Bahkan dalam bukunya Sang Penemu juga membandingkan molekul air yang ada di sebuah bendungan di Jepang pada saat sebelum didoakan (dengan agama Shinto tentunya) dengan air yang sama, setelah penduduk mendoakan bendungan tersebut. Bahkan juga ketika segelas air dari sumber yang sama, diberi tulisan “Mother Theresa” dan “Adolf Hitler” perbedaan yang sangat jelas pada molekulnya terjadi. Sungguh menakjubkan !!

Singkat cerita, lewat penyelidikan ini ditemukanlah fakta ilmiah bahwa air (dengan muatan energi positif) sangat amat dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Untuk yang satu ini orang Indonesia jagonya. Dari sekedar meminum hingga disembur secara sukarela.

Menariknya semua penyelidikan ini kemudian mengarah kepada tubuh manusia sendiri, yaitu fakta dimana otak, darah dan lain sebagainya yang katanya sebesar 70%-80% terdiri dari air.

(dengan persentase beragam, tergantung apakah Anda doyan minum, habis berenang, habis tenggelam atau bahkan terpaksa hanya meminum air karena tidak kebagian makanan )
Itu berarti bahwa otak kita (dan tubuh kita tentunya) sangat dipengaruhi oleh kata-kata, emosi, label baik itu positif atau negatif.

Berkaca dengan itu semua berarti mulai saat ini kita harus berhati-hati menempatkan diri kita dalam sebuah lingkungan dan memasukkan segala sesuatu kedalam diri ini (lewat telinga, mata dan pikiran) karena semuanya itu secara ilmiah menentukan indahnya molekul-molekul dalam tubuh ini, yang berarti juga menentukan derajat kesehatan kita, yang tentunya juga sangat berbanding lurus dengan inner beauty yang terpancar, sekaligus tingkat kemuliaan dan kesuksesan kita dalam kehidupan.

Doa-doa, pikiran positif, iman, kesucian, kata-kata yang membangun, bacaan yang bermanfaat, nasehat-nasehat yang positif dan cara marah yang wajar tentu akan membuat diri kita begitu indah, bagaikan molekul air yang terdapat di air Zam-Zam.

Lalu bandingkan jika pikiran kita dijejali
Kekuatiran dan ketakutan,
pornography,
film-film klenik (pocong, kuntilanak dan semua family mereka),
lagu-lagu perselingkuhan (bahkan mereka yang menciptakan dan menyanyikannya sudah mendapatkan “upah” mereka sendiri-sendiri),
sinetron-sinetron sinting yang ceritanya tidak jauh dari (pengkhianatan, tamparan, rencana jahat dan amnesia),
acara-acara gossip (yang memamerkan kawin cerai)….dan lain sebagainya

kemudian dalam proses yang sangat pasti dan sangat ilmiah, molekul-molekul dalam diri ini akan berubah mengerikan, lalu RASAKAN SENDIRI AKIBATNYA!!!

*** Seandainya saja kita mengetahui betapa hebatnya kita dan betapa kita dicintai-NYA, maka hati kita akan berpesta pora setiap saat ***

Ketika Hidup Berlaku Tidak Seperti yang Kita Inginkan
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom

Ini adalah sebuah kisah nyata. Farah (bukan nama sebenarnya) adalah wanita berdarah Bugis Gorontalo yang bersuamikan seorang Arab Saudi, bernama Hasan (juga bukan nama sebenarnya). Keduanya adalah pengusaha berdarah dingin.  Seperti Raja Midas dalam hikayat Yunani kuno, apapun yang tersentuh oleh tangan mereka berubah menjadi emas. Dari bisnis travel dan penerbangan hingga money changer dan salon kecantikan, kesemuanya itu tentunya mengisi pundi-pundi mereka dengan berlimpah-limpah, yang kemudian menempatkan mereka dalam strata sosial yang demikian tinggi. Tetapi bukan hanya itu yang menarik perhatian ku.
Mengenal kehidupan Farah dan Hasan menjadi begitu menarik manakala aku mengetahui betapa dashyat perjalanan pahit getir kehidupan yang sudah dilalui oleh pasangan luar biasa ini. Episode yang amat sangat berkesan adalah ketika Farah bercerita tentang bagaimana mereka pernah kehilangan kelima bayi mereka nyaris dalam tahun-tahun yang berurutan. Ijinkan aku memperjelasnya. Bukan satu atau dua anak, tetapi lima !
Siapapun pasangan suami istri yang masih berakal waras, tidak akan pernah mau membayangkan ini terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka. Buah hati
yang telah ditunggu-tunggu dan menjadi pusat suka cita seluruh keluarga besar mereka, lewat berbagai sebab, diambil kembali (secara paksa) oleh Sang Pencipta.
Pada waktu itu, ujian berat yang berturut-turut ini tentu bak Angin Tornado yang sempat meporak-porandakan kehidupan rumah tangga mereka. Membuat tidak
hanya Farah sebagai ibu yang mengandung sang buah hati, melainkan juga Hasan mengalami tekanan kejiwaan yang luar biasa berat. Habis sudah persediaan air
mata. Akal sehat, yang menjadi modal bagi kebanyakan orang pun nyaris lenyap. Bahkan, doa marah penuh kepedihan pun telah diteriakkan berkali-kali dalam suara parau.
“Mengapa KAU menimpakan semua ini kepada kami !?”
“Apa salah ku ?!!”
“Apa maksud TUHAN menyiksa kami”
“Begitu banyak orang jahat, tetapi mengapa justru aku yang KAU siksa ?!!”
dan segudang pertanyaan lain sudah terlalu lemah untuk didengar telinga. Reaksi yang sangat manusiawi dan sangat dapat dimaklumi siapapun juga.
Waktu berjalan, hingga tragedi mengerikan itu menghantarkan keduanya pada saat-saat kritis. Ambang batas kemanusiawian. Sekaranglah saat yang ditunggu-tunggu itu. Jam pasir milik TUHAN telah mengisyaratkan : sudah genap. Untuk ini hanya Dia yang tahu kapan masanya. Maka badai yang kelam itu disuruh-Nya berlalu. Pertolongan dari TUHAN pun datang. Janji bahwa : manusia tidak akan dicobai melampaui kekuatan mereka, tak pernah dikhianati oleh Nya.
Orang, keadaan dan segala yang diperlukan -yang jelas-jelas bukan merupakan kebetulan- diutus untuk menolong hamba-Nya. Ujian kehidupan yang dijalani oleh pasangan Farah dan Hasan pun usai. Mereka lulus. Kini saat-saat pemulihan itu.
TUHAN memulihkan keadaan mereka. IA menganugrahi mereka dua orang anak, putra-putri yang tampan, cantik dan manis. Laksana oasis ditengah berhektar-hektar gurun pasir yang terik. Tetapi sebuah pertanyaan tersisa. Apakah TUHAN kemudian sudah menjawab tuntas semua tragedi masa lalu yang diijinkan-Nya dialami oleh Melani dan Hasan ? Bisa jadi belum. Segalanya masih menjadi sebuah misteri ilahi yang menunggu waktu untuk terungkap.
Kini bandingkan kisah nyata diatas dengan sebuah kisah nyata pula yang terjadi pada zaman dahulu, di daerah Timur Tengah sana, hiduplah seorang lelaki kaya raya bernama Ayub. Namanya termasyur diseluruh negeri bukan hanya karena kekayaannya, namun juga karena Ayub adalah orang yang dermawan, baginya tiada hari berlalu tanpa bersedekahan. Setiap hari sekumpulan orang miskin selalu berbondong-bondong memenuhi halaman rumah Ayub untuk turut mencicipi kekayaan dan kemuliaan yang diberikan TUHAN kepadanya. Tidak hanya dermawan, Ayub terkenal juga sangat saleh. Paduan yang sangat lengkap. Kaya, baik dan saleh. Karena kesalehan ini pula kemudian agama-agama Semetik–Yahudi, Islam, Kristen- mempercayai bahwa Ayub adalah seorang nabi yang dipilih oleh TUHAN untuk memberikan sebuah tauladan bagi umat manusia.
Namun sesuatu yang dashyat kemudian terjadi. Segala kemuliaan dalam hidup Ayub, sekonyong-koyong dirampas dari kehidupannya. Kekayaannya dijarah, anak-anaknya dibunuh, tubuh Ayub pun dipenuhi oleh borok dan nanah. Itu belum cukup. Istri yang adalah satu-satunya orang yang diharapkan menjadi tempat penghiburan, pergi meninggalkan Ayub seorang diri.
Kini Ayub, orang mulia itupun terduduk putus asa membisu hanya beralaskan debu dan tanah yang kotor. Seluruh negeri tercengang tak mengerti. Bahkan TUHAN, Sang Sutradara kehidupan terkesan membiarkan kengerian ini tanpa secuil petunjuk yang diharapkan akan memberi jawaban.
Ada apa gerangan ? Orang kaya, baik hati dan saleh yang seharusnya diganjar dengan berlipat kemuliaan, kini justru berselimut aib yang menjijikkan seorang diri.
Waktu berlalu, hingga TUHAN memandang ‘pendidikan’ yang dikenakan pada ‘orang pilihan-Nya’ ini cukup. Dan Ia pun mengembalikan keadaan Ayub seperti
sediakala. Tapi tunggu…! Itu bukan skenario Beliau. Bukan ‘seperti sediakala’, namun sepuluh kali lipat dari keadaannya semula ! Sepuluh kali lipat kekayaan. Sepuluh kali lipat kesehatan. Sepuluh kali lipat kemuliaan.
Inilah letak kemuliaan kehidupan. Bukan hanya ketika kita mendapat rejeki berlimpah, kesuksesan, kekayaan, kemuliaan dan lain-lain sebagainya yang adalah impian siapapun dimuka bumi ini, tetapi juga ketika TUHAN dalam pertimbangan-pertimbangan yang Maha Misterius mengijinkan kita masuk kedalam sebuah kondisi yang tidak dapat kita pahami. Tanpa jawaban. Tanpa sebab. Tanpa petunjuk yang dapat dikenali oleh logika manusia. Saat dimana hidup mengirimkan hal-hal yang bukan saja tidak kita inginkan, tetapi lebih dari itu, sebuah tragedi yang seakan-akan merampas cita-cita, keinginan dan kebahagiaan kita.
Sebagian besar dari kita memilih meninggalkan ‘tempat pendidikan’ itu. Berontak pada TUHAN dan memaki-maki keadaan. Sekali lagi, reaksi yang sangat manusiawi. Tetapi sebagian yang lain justru bereaksi sebaliknya. Duduk diam merendahkan diri. Taat menjalani proses walau air mata hampir kering, berjalan maju dengan langkah tertatih gemetar. Dan walaupun berkali-kali jatuh tersungkur dengan wajah babak belur, tetap memutuskan untuk berdiri dan kembali berjalan. Bahkan dengan tanpa diperlengkapi logika sama sekali.
Percaya IA tetap TUHAN yang Maha Kasih, yang selalu memberi yang terbaik untuk hamba-hamba Nya.
Percaya bahwa segala penderitaan yang jelas-jelas berawal ini tentunya berujung pula.
Percaya bahwa tidak ada seorang ayah yang memberikan ular kepada anaknya ketika mereka meminta ikan dan memberikan batu ketika buah hati mereka meminta roti.
(bahkan saat ini, ketika sedang menulis dengan mata berkaca-kaca aku harus
menarik nafas sedalam-dalamnya)
Dan ketika proses pendidikan itu telah usai dan jawaban atas segunung pertanyaan dan ganjaran pemulihan dari TUHAN sudah diberikan, lalu kesemuanya itu –seperti Ayub- akhirnya mengangkat taraf hidup dan kemuliaan kita menjadi lebih tinggi- kita dapat berkata dengan rendah hati, “Jika kita masih ada sampai sekarang, semata-mata karena kasih dan kemurahan-NYA belaka”. Segala kemuliaan bagi Sang Khalik, Raja Manusia, Dia yang berkuasa memuliakan dan menghinakan, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. (*)

Rabu, 18 April 2012

Profileku di Majalah SWA, Human Capital dan Bahana

Profileku di Majalah SWA



Profileku di Majalah HUMAN CAPITAL






Profileku di Majalah BAHANA







Satu-satunya Foto ‘Goblok’ yang di-SENSOR Bob Sadino


Ada perbedaan argumen ketika foto ‘goblok’ itu kuusulkan untuk ikut dimasukkan ke dalam buku Belajar Goblok dari Bob Sadino. Menurutku foto yang kujepret langsung dari jari Bob Sadino secara candid itu luar biasa match dengan soul buku tersebut. Ada dua alasan utamanya

Pertama, sama-sama ‘goblok’!

Kedua, sangat cocok menggambarkan “Belenggu Pikiran” salah satu topik penting dalam buku tersebut. Betapa simbol jari itu ditafsirkan negatif oleh kebanyakan orang (demi menghindari menyebutkan kata : semua orang).

Penerbit setuju, namun Om Bob tidak.

“Jangan dengerin Si Made Gila, dia khan seniman..hahaha!”, ujar Om Bob setengah berseloroh.

Alhasil, foto itupun dilengserkan.

Tapi secara gemblung..eh maaf maksudku gamblang, demikianlah belenggu pikiran bekerja. Pikiran yang terlanjur terkontaminasi, cendrung enggan diubah oleh pemiliknya. (sebuah bukti nyata bahwa kita adalah mahluk yang tidak terlalu suka berubah). Dan pikiran itu kemudian memenjarakan kita sedemikian rupa, bahkan sepanjang hidup.

Persis seperti Hans Bablinger ketika karena arah angin yang keliru ia bersama sayap-sayap yang ia buat menukik tajam dari atas bukit lalu nyusruk di lembah. Percobaan terbang yang memalukan. “Manusia memang tidak ditakdirkan untuk bisa terbang!”, kata Sang Uskup dihadapan Raja. Ia memproklamirkan sesuatu yang sangat mungkin kita anggap lelucon jika dikumandangkan hari ini. Sayangnya Hans percaya, lalu menyimpan sayap-sayapnya yang patah di ruang bawah tanah, dan akhirnya meninggal dunia bersamanya.

“Aku ya begini ini, terima apa adanya. Mau syukur gak mau terserah!” kalimat klise di dunia pernikahan dan per-pacaran ini dapat juga dianggap merupakan sebuah bentuk belenggu pikiran.

Kita hanya akan melihat, apa yang mau kita lihat. Kita akan menarik hal-hal yang dominan menguasai bawah sadar kita. Dan hasilnya pengalaman-pengalaman yang akan kita peroleh, sebagian besar akan identik dengan itu semua. Dengan kata lain, bukan peristiwa yang kita alami yang terjadi, namun arti yang kita lekatkan atas peristiwa itulah yang paling penting.

Dalam arti luas...

Jika kita percaya hidup berat, maka hal-hal berat akan senantiasa menghiasi hari-hari kita, sepanjang hayat dikandung badan.

Namun jika kita melihat hidup adalah anugrah yang harus disyukuri, maka setiap hari keindahan hidup akan membuka pintunya untuk kita.

Jika kita percaya sebuah target itu mustahil, maka kemustahilan itu akan mewujud.

Entah kita percaya kita mampu atau tidak, itu..hampir selalu akan benar adanya.

Apakah itu negatif atau positif, semuanya saling memperkuat.

Tidak heran jika salah seorang pujangga besar dari Timur Tengah sana, dalam sebuah doa dan syiar pernah memohon dengan amat sangat kepada Sang Pencipta: “Siapakah yang mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari yang tidak kusadari”

Kembali ke persoalan foto dan jari Om Bob yang sebenarnya adalah simbol keperkasaan Bima (salah satu tokoh pewayangan yang sakti mandraguna) yang terlanjur di-cabulkan oleh masyarakat kita.

Bayangkan seandainya saja foto itu jadi dimasukkan. Aku rasa ada dua kemungkinan yang bakal terjadi.

Pertama, foto itu akan menjadi salah satu ikon unik yang akan menjadi tools marketing “Words of Mouth” yang ampuh.

Kedua, Om Bob diprotes kementrian agama dan kediamannya disatroni FPI! (khan selalu diperlukan pengorbanan untuk sebuah cita-cita..hehehe)

Namun keduanya -kemungkinan besar- akan bermuara di satu titik, buku yang ditulis oleh sahabatku Dodi Mwardi itu, akan jadi best of the best seller. (*)


# Commercial Photography #
http://companyprofile.multiply.com
http://withbobsadino.multiply.com

# Wedding Special Photography #
Pernikahan Agung Puteri Sri Sultan Hamengku Buwono X
GRAJ Nurkamnari Dewi & Jun Prasetyo MBA
http://nurkamnaridewi.multiply.com

# Prewedding Photography #
http://theanonymouslove.multiply.com/
http://loveforallseasons.multiply.com/
http://outdoorprewedding.multiply.com
http://prewedding.multiply.com
http://prewedding1.multiply.com
http://prewedding2.multiply.com
http://prewedding3.multiply.com

# Wedding Photography #
http://candidwedding.multiply.com
http://weddingcandid.multiply.com

Masih Bisa Orgasme ?


“Kamu itu harus bersyukur..masih bisa ngerasain orgasme!”, bisik-bisik seorang wanita separuh baya pada seorang wanita muda. Adegan bisik-bisik itu mirip banget dengan adegan gosip di sinetron-sinetron. Pemerannya ibu-ibu pejabat (kaum sosialite) yang sedang arisan, lokasi setting : rumah mewah dengan hidangan dan perhiasan dagangan di atas meja. Kerap kali dialog itu dimulai dengan kalimat “Sssttt.. Jeng..tau gak..?”.

Celakanya, walaupun niat hati berbisik-bisik, namun pada saat mengucapkan kata ‘orgasme’ tekanannya sedemikian sehingga beberapa orang menoleh kearah mereka. Kontan ini membuat membuat wajah si wanita muda memerah.

“Mamaa apaan siiiyy..!”, pekiknya tertahan sambil mencubit wanita yang dipanggilnya ‘Mama’ lalu segera menutup wajah yang pastilah memanas karena malu.

Namun sang mama tampak tidak peduli, sambil membalas tatapan sekitar dengan senyum dan anggukan singkat, ia meneruskan bisik-bisiknya.

Insiden diatas memang menggelikan, terutama jika kebetulan saat itu anda berada disekitar mereka berdua..

Pikiranku segera saja melayang, semasa aku aku masih kuliah di Depok sana. Tepatnya, ke seorang teman kosan-ku dulu yang bernama Jahmi. (Ia sama sekali tidak ada hubungan dengan orgasme). Dengan melihat sekilas bentuk kepala dan jidatnya, siapapun akan sepakat bahwa Jahmi adalah orang yang cerdas. Dan memang demikianlah adanya. Waktu itu kami bercakap-cakap ngawur di sebuah kosan cewek (hehehe). Topiknya ngawur juga..dari ekonom Sri Mulyani hingga calon istri.

“Mengapa kau tidak berpacaran dengan calon dokter?”, tanyaku iseng.

“Alamak! Tidaklah..”, ujarnya dengan logat daerah yang kental

“Kenapa?”, tanyaku penasarn.

“Pikiran mereka terlalu bersih..”, ujar Jahmi serius,”mana nikmat pacaran atau bersitrikan mereka. Apa-apa ilmiah, aku kuatir tak bisa men-trigger mereka nantinya”

Akupun tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan Jahmi.

Terus..apa hubungannya dengan orgasme???!! Oh ada dong..

Atas nama ‘pikiran bersih’.. aku pun memutuskan untuk mengambil pendekatan yang dialergi oleh sahabatku diatas.

Kalo dipikir-pikir, kalimat bisik-bisik sang mama ada benarnya..orgasme adalah sebuah kenikmatan yang harus disyukuri. Namun sangat jarang orang bersyukur karena orgasme...! (tentu dilandasi hubungan suami-istri yang resmi)

Aku jadi terprovokasi untuk mendata..apa-apa saja sih yang simple namun jarang kita syukuri.

  • Buang air besar dengan lancar
  • Buang air kecil dengan merinding disco
  • Buang angin dengan tenang (tanpa ada yang tahu)
  • Bernafas (sepuas-puasnya)
  • Punya rambut (dan membiarkannya jadi gondrong)
  • Bertubuh lengkap (apalagi kalo banyak yang bilang : sexy)
  • Punya wajah (apalagi kalo banyak yang bilang ganteng atau cantik)
  • Bisa melihat, bisa mencium, bisa berbicara
  • Punya rumah, pekerjaan...
  • Punya keluarga
  • Punya teman
  • Punya tabungan, mobil, rumah, harta (walaupun belum banyak)
  • Eh listnya kok jadi tambah banyak..

Karena kalo dipikir-pikir gak semua orang memiliki hal-hal tersebut.

Contoh sederhana...temanku si Andri yang sempat punya penyakit kencing batu. Andri hampir pasti akan menangis pada saat pipis di toilet. Ekspresinya amat sangat mengenaskan. (kok tahu?) Oh iya bagi para cewek yang tidak pernah memasuki toilet cowok, tempat pipis kami –kaum laki-laki- sedikit unik, bentuknya berupa pispot yang berdampingan, berjejer-jejer. Cukup nyaman untuk dipipisi walaupun sambil ngobrol santai. (tapi gak bisa saling ngelirik!)

Contoh ke-2 : bernafas sepuasnya. Ini kami sadari ketika kami membesuk seorang ibu yang memang dalam keadaan sakit parah yang bernafaspun harus dibantu oleh alat pernafasan dan tabung oksigen.

Next..

Pada saat mengunjungi korban Gunung Merapi, dalam suasana gerimis menjelang hari gelap, aku dan rombongan sempat bertemu seorang ibu, yang mengais puing-puing rumahnya. Menyempatkan diri untuk turun dari mobil, untuk bersimpati, akupun mendengar bahwa suami dan anak-anaknya telah tewas karena angin panas Merapi. Mendengar cerita itu aku segera menoleh kearah mobil yang parkir tidak jauh dari sana. Didalamnya ada keluarga dan family yang aku cintai. Oh my God..!

Digabung menjadi satu rasa syukur konon bukan hanya menyegarkan jiwa, namun juga memicu campur tangan ilahi untuk menyempurnakan apa yang telah IA berikan kepada kita. Gak percaya? Monggo dicoba..(gratis ini).

Menutup tulisan orgasme ini..ada sebuah pengalaman unik dari penulis The Power of Positive Thinking, (alm)Dr. Norman Vincent Peale. Seorang bisnisman mendatanginya karena sedang frustasi berat dan nyaris bunuh diri.

“Semua sudah hancur! Saya sudah habis!!”, teriaknya ketika pertama kali bertemu sang psikiater.

Oleh Dr. Peale ia segera diberi pena dan secarik kertas. Dan therapy sederhanapun berlangsung...

“Coba tulis diatas kertas apa-apa yang masih Anda miliki..” (demikian pertanyaan nya)

Semula bisnisman menolak, apa-apaan sih? Kenapa tidak langsung di NLP? Atau keluarkan bandul dan kain hitam penutup mata itu..mengapa hanya kertas dan pena?? Akan tetapi, karena berharap bertemu jalan keluar, toh akhirnya ia menurut juga. Agak susah memulai sang bisnisman tampak berpikir demikian keras..

“Saya bantu”, ujar Dr. Peale enteng. “Anda cacat?”, tanyanya pula.

“Cacat?!”, sergah bisnisman,”Saya kira Dokter bisa melihatnya sendiri..saya normal!!”

“ok..no.1 Anda tidak cacat”, kata Dr. Peale sambil tersenyum.

Singkat cerita..proses itu berlangsung cukup lama dan list yang dihasilkan cukup panjang.. beberapa item sebagai berikut

  1. Tidak cacat
  2. IQ diatas rata-rata
  3. Pendidikan Sarjana
  4. Masih memiliki rumah
  5. Masih memiliki mobil
  6. Memiliki istri yang setia dan anak-anak yang lucu
  7. Memiliki keluarga yang baik
  8. Memiliki banyak sahabat
  9. Masih memiliki nama baik
  10. ...dsb..dst

Akhirnya sang bisnisman sadar bahwa ternyata keadaan tidak ‘sehancur’ dan ‘sehabis’ yang ia pikir...

Ternyata, dibeberapa hal...bersyukur juga membuat kita sadar..keadaan ternyata tidak seburuk yang kita pikir. Bisa dipahami, karena seringkali masalah mengocok-ngocok pikiran kita, sehingga menghasilkan busa-busa yang membumbung tinggi sehingga kita merasa sudah habis tenggelam!

Nah, mari kita coba keajaiban bersyukur..ambil kertas dan pena..kita akan mendata berkat-berkat atau nikmat-nikmat yang telah TUHAN berikan kepada kita. Bagi yang sudah berumah tangga...supaya lebih seru..mari kita awali item listdown kita yang pertama dan No. 1...dengan : “Masih bisa merasakan orgasme!” (*)

Mau Istri yang Bodoh atau Cerdas?


by Made Teddy Artiana
Penulis novel komedi inspirasi base on true story
"BALADA 13 Pembantu Rumah Tangga"
(yang pernah bekerja di rumah kami)


Mendengarkan dua curhat yang sama-sama lucunya.

Seorang teman ‘sengaja’ menikahi seorang wanita yang dianggapnya agak bodoh dan miskin pengalaman dalam bercinta. Beberapa temannya bertanya-tanya tak mengerti. Tetapi laki-laki ini punya alasan kuat : supaya mudah diatur-atur dan dibohongi! Sebulan-dua bulan, tampaknya rencana gendheng itu berjalan. Namun, beberapa bulan kemudian, ternyata skenario itu tak lebih dari sebuah kecelakaan tragis. Mirip pemburu babi hutan yang terjebak dalam jebakannya sendiri.. tunggu, ini belum selesai..lalu datanglah babi hutan tersebut dan dengan leluasa menyiksa sang pemburu. Karena bodoh dan miskin pengalaman, wanita yang dinikahinya itu cenderung menjadi pribadi yang minder dan susah sekali beradaptasi dengan keluarga. Masalah mulai muncul kepermukaan. Belum lagi, karena bodoh, laki-laki ini merasa demikian frustasi untuk menasehati istrinya. Benar-benar keras kepala, keluhnya. Sekarang masalah itupun bukan hanya muncul, namun sudah mulai membanjiri sang sutradara. Bukan mustahil, jika laki-laki ini tidak bisa menanggulangi istri pilihannya itu, tinggal tunggu waktu ia akan ditenggelamkan oleh rekayasanya sendiri. Lucu-lucu sedih!

Seorang teman yang lain, punya cerita yang jauh berbeda. Ia menikahi seorang wanita cerdas dikampusnya. Bagaikan memenangkan Grammy Award, laki-laki ini merasa begitu bangga dan beruntung. Dan sang istri, seperti layaknya gaya gravitasi Newton, apel yang jatuh selalu akan kebawah, maka wanita cerdas dan ulet itupun ‘menjelma’ menjadi seorang konsultan bisnis yang piawai. Seorang owner perusahaan kemudian mendudukkannya menjadi CEO. Seorang CEO dan konsultan beberapa perusahaan, demikian gelar wanita besi yang adalah istri dari temanku itu. Apa konsekuensinya ? Jadwal yang sangat padat, hanya salah satu yang kemudian jadi masalah. Quality time, hanya 1 jam sehari, itupun jika kebetulan bertemu. Pride yang demikian kuat dari sang istri, masalah yang kedua. Lalu masalah klasik, penghasilan istri yang jumlahnya nyaris tiga kali lipat dari suami. Tiga hal yang sering mentrigger pasangan ini untuk demikian sering berbeda sudut pandang, kemudian bertengkar. Sedih-sedih lucu!

Pertanyaannya : kemudian siapa yang salah? tidak ada yang salah tentunya ;)
Karena contoh kasus diatas sering terjadi juga pada laki-laki bodoh dan laki-laki cerdas!

Hidup memang unik. Setiap keputusan yang kita ambil, tentunya memiliki konsekuensi sendiri-sendiri. Ini yang sering dilupakan oleh sebagian besar kita. Ya, setiap keputusan yang kita ambil mendatangkan resikonya masing-masing. Lucunya, yang kita inginkan hanya yang baik-baik saja (sesuai khayalan kita), namun begitu konsekuensinya datang...kita kaget, shock, menolak, menghujat, menyesal dsb.

Hidup benar atau tidak, memiliki upahnya sendiri-sendiri. Merawat diri atau tidak, ada konsekuensinya. Menjadi enterpreneur atau karyawan, ada konsekuensinya juga. Menikah dengan laki-laki tampan atau jelek, punya resiko masing-masing. Juga hal-hal berikut : belajar atau malas belajar. Mengendarai mobil atau motor. Setia atau selingkuh. Monogami atau poligami. Punya rumah atau ngontrak. Rambut panjang atau cepak. Menikah atau tidak menikah. Bergaul atau tidak bergaul. Berolah raga atau tidak berolah raga. Merokok atau tidak merokok....dan sebagainya...dan seterusnya.

Segala keputusan dalam hidup ini punya konsekuensinya. Berani melangkah, berani menanggungkonsekuensinya. Selamat memilih menu keputusan, pastikan menu konsekuensi juga anda baca...hehehehe(*)