Minggu, 31 Oktober 2010


Who’s The Boss ?
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom



Tidak banyak yang tahu tentang serial komedi lawas berikut : Who’s The Boss. Serial TV yang dibintangi Tony Danza, Judith Light dan Alyssa Milano ini dapat dikatakan sangat sukses pada zamannya. Ia bercerita tentang ‘hubungan aneh’ antara pembantu rumah tangga –yang kebetulan duda beranak satu- dengan majikannya, seorang janda beranak satu pula. Dikatakan aneh, karena hubungan keduanya sedemikian komplek sehingga tak jelas lagi siapa majikan dan siapa pembantu. Lucu memang, tapi jika direnungkan lebih dalam sedikit-banyak lelucon Who’s The Boss ada benarnya. Kini tengoklah sejenak hidup kita. Bukankah hiruk-pikuk pengejaran akan kesuksesan, kekayaan dan eksistensi diri sering menimbulkan dampak lupanya kita pada ‘siapa Boss yang sebenarnya’ dalam hidup ini. Seolah-olah seluruh uang yang mengelilingi kita, pencapaian, orang-orang disekitar kita, bahkan diri kita ini adalah milik kita sendiri. Seolah-olah semuanya ini berada digengaman kita, dan semuanya itu akan tetap disitu sampai selama-lamanya. Siapa aku dan siapa TUHAN !??

Hingga bencana serupa Wasior, Mentawai dan Merapi sekonyong-konyong datang menyeruak, merampas hidup dan segala sesuatu didalamnya dari depan hidung kita. Entah apa alasan dibalik semua itu, tak ada pendapatan seorangpun dapat menghakiminya. Apakah ini hukuman ataukah ujian semata ?

Tapi satu hal yang begitu jelas : semua itu diijinkan oleh TUHAN untuk terjadi. Dan ketika terjadi, serta merta semua mata membelalak. Dada-dada busung menciut. Pandangan sombong tengadah pun jadi tertunduk. Kini, mulai jelas sudah siapa Pemilik semuanya. Uang, harta, anak, orang tua, teman bahkan nyawa kita, ternyata bukan milik kita. Who’s The Boss pun kembali diingatkan. Walaupun terkesan kejam, pahit dan otoriter, namun adalah sah-sah saja jika Sang Pemilik melakukan apa yang ia suka terhadap miliknya sendiri. Apapun itu, Beliau jauh lebih tahu. Sebuah peringatan bagi semua manusia yang punya mata, telinga dan hati.

Ternyata kita semua hanya sekedar menumpang di dunia ini. Penumpang-penumpang yang seringkali sombong dan melupakan status kita : lahir telanjang, kembali pulangpun dengan telanjang.

Itu tentu saja berarti, kalau sampai sekarang kita masih bisa tidur dengan aman, cukup makan, menonton televisi dengan nyaman, tak terlalu sulit untuk tersenyum, sehat, bahagia, dikelilingi keluarga dan teman, itu semua ‘semata-mata’ karena belas kasihan-Nya. Kasih karunia Sang Khalik lah yang membuat kita ada sebagaimana kita adanya hari ini. Jika demikian, ada baiknya setiap pagi kita awali dengan sujud syukur akan segala nikmat dan kebaikan-Nya dalam hidup kita. Segala hormat dan kemuliaan bagi Sang Raja, The One and Only Boss, dari selama-lamanya, sampai selama-lamanya. Amin. (*)



Dua hal aku mohon kepada-Mu, jangan itu Kautolak sebelum aku mati, yakni:
Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.
Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.
Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu?
Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.

Minggu, 24 Oktober 2010

Antena Berkarat

oleh Made Teddy Artiana, S.Kom



Malam itu, acara menonton televisi dirumah kami agak terganggu. Ribuan semut memenuhi layar televisi kami. Belum lagi bunyi kresek-kresek tak jelas mengganggu telinga. Padahal dua hari yang lalu, setidaknya 80% dari gambarnya masih dapat kami nikmati. Program hiburan favorit yang telah ditunggu-tunggu menjadi sama sekali tidak menghibur. Malam yang seharusnya indahpun, perlahan tapi pasti jadi menjengkelkan.

Jelas bukan salah stasiun televisi. Mereka tentu tetap memancarkan sinyalnya sedemikian rupa. Apalagi tawa riuh tetangga memberitahu kami bahwa televisi mereka baik-baik saja. Kesalahan bukan terletak pada stasiun televisi, bukan juga pada pemancarnya, apalagi pada televisi diruang keluarga, kesalahan ada pada antena televisi kami.

Entah apa penyebabnya antena kami lebih cepat berkarat dari yang seharusnya. “Begini nih kalau beli antena China !”, timpal salah satu dari antara kami menyalahkan. Aku sendiripun tidak mengingat dengan pasti, apakah benar antena yang kami beli memang import dari China. Ucapan itu lebih dari sekedar mencari kambing hitam untuk menyalurkan kekesalan. Lagu lama manusia : mau benar atau salah, yang penting buang sampah !

Namun jika dipikir-pikir, betapa hidup kita seringkali sangat mirip dengan Si Antena Berkarat itu. Cukup banyak penderitaan, pergumulan dan masalah yang timbul hanya karena salah memutuskan. Kita mengira TUHAN diam jauh disana tak peduli, padahal diri-diri kitalah yang harusnya berbenah diri. Ribuan kali bertanya dan mengeluh lewat doa. Kita kira Ia, Sang Pemberi Petunjuk diam seribu bahasa, padahal telinga inilah yang tak mampu mendengar akan suara Surga.

Dunia membutakan mata hati kita, hingga tak mampu melihat kebaikan Nya. Lalu hidup terasa kian sulit. Kehidupan yang seharusnya indah, malah berbalik menghajar kita hingga lebih dari sekedar babak belur. Berputar-putar kelelahan. Compang-camping mengenaskan.

Jelas itu bukan takdir kita. Kita adalah kalifah, pemimpin. Rahmat bagi semesta alam. Bahkan lebih dari itu semua : biji mata TUHAN. Lalu mengapa ini semua terjadi ? Pasti ada sesuatu yang salah !!

Padahal, TUHAN yang Maha Kasih itu dapat dipastikan tetap setia. Tidak hanya menunggu, namun dengan segala inisiatif yang proaktif. Pasti tak terhitung jumlahnya, Ia sudah dan selalu berusaha mengarahkan kita menuju kehidupan yang ‘penuh’ dengan segala kebaikan dan rahmat.

Ternyata memang sesuatu harus dilakukan. Sesuatu yang memang merupakan porsi kita. Dan sesuatu itu adalah : membersihkan diri dari segala karat. Sehingga kita tidak salah pilih, tersesat kemudian menderita, bukan karena tidak dikasihi, bukan karena ditinggalkan, namun hanya karena berkarat.

Mungkin itu adalah satu-satunya cara untuk merasakan kehadiran-Nya. Secara penuh mengalami kebaikan hidup. Dan yang paling penting, membuat kasih TUHAN yang mesra, memeluk kita lalu mengalir bebas, menyelesaikan segala perkara. Sehingga kita dapat menikmati surga di bumi dan surga di surga nanti (*)

Selasa, 19 Oktober 2010

Hidup ini Spekulasi atau Investasi ?

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
fotografer, penulis & even organizer



Insiden kecil-kecilan ini terjadi sekitar lima tahun yang lalu, ketika aku dan beberapa teman kantor tengah mempersiapkan diri untuk terjun, berinvestasi di pasar saham

Yang aneh, kendatipun kami belajar bersama-sama, pendekatan kami terhadap pasar saham terbagi jadi dua golongan. Kelompok yang pertama, yang mungkin sejak dulu diam-diam mengagumi sepak terjang George Soros, memutuskan untuk memposisikan diri sebagai trader. Sedangkan yang lain, merasa lebih bijak untuk memiliki pandangan Sang Komandan Berkshire Hathaway, Warrent Edward Buffet, atau yang lebih dikenal dengan Warrent Buffet. Spekulan versus investor. Yang satu spekulasi, yang lain investasi.

Hari kian hari, perbedaan prinsip ini semakin meruncing, hingga melahirkan sebuah gap yang cukup lebar dan menyisakan sebuah pertanyaan besar : Hidup ini spekulasi atau investasi ?

Mereka yang menggolongkan diri sebagai spekulan, ngotot bahwa modal utama dalam hidup ini adalah spekulasi. Untung-untungan, nasib-nasiban. Alasannya sangat masuk akal : kita tidak pernah tahu apa yang akan kita hadapi dalam hidup ini. Meminjam kata-kata ibunda Forest Gump, "Life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get."

Akan tetapi mereka yang berniat jadi investor, tidak rela jika hidup ini diperlakukan seperti mainan. Mereka bersikukuh bahwa hidup ini adalah investasi. Pandangannya jelas : untuk mendapatkan sesuatu, harus menginvestasikan sesuatu. Lihat Warrent Buffet, kata mereka, bagaimana cara mereka membesarkan Berkshire Harthaway dan mengumpulkan kekayaan dahsyat lewat perusahaannya itu. Hidup ini investasi, Bung !

Seingatku, perdebatan itu memang tidak terselesaikan. Keduanya ngotot tak mau mengalah . Disisi lain, bagiku pribadi kedua pendapat itu ada benarnya. Mungkin karena itu aku tidak memutuskan untuk berpihak yang satu lalu memusuhi yang lain.

Apa asyiknya hidup ini tanpa misteri ? Jika segala sesuatu telah kita ketahui, sehingga tidak tersisa sedikitpun rasa penasaran, sepertinya hidup ini akan kehilangan gregetnya. “If We could see tomorrow what of your plan ?”, kata Guns and Rose dalam lagunya Don’t Cry. Akan tetapi jika hidup ini melulu hanya berisikan misteri gak habis-habis, tebak-tebakan tiada henti dan tanpa sebuah jaminan sedikitpun akan segala susah payah yang kita lakukan, betapa gilanya hidup ini. Dan betapa menganggurnya TUHAN, setelah menciptakan semesta, lalu iseng mengisi waktu luang hanya dengan menciptakan misteri-misteri.

Terlepas dari itu semua, investasi dalam hidup ini tentu tidak identik dengan investasi dipasar saham.

Di pasar saham, otoritas bursa hanya bertugas sebagai pengawas atau regulator. Sehingga permainan fair –sebisa mungkin- dapat tercipta. Kendati demikian, Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) sama sekali tidak berkuasa (menjamin) semua investasi yang kita lakukan menghasilkan return. Jauh berbeda dengan hidup ini, yang mana segala sesuatu yang kita lakukan dijamin TUHAN akan kembali kepada kita. Cuan (untung) jika yang kita lakukan baik, buntung jika apa yang kita lakukan buruk. Itu sangat nyata, karena belum pernah ada satu manusiapun –entah ia mengakui keberadaan TUHAN atau tidak- berhasil menghindar dari akibat setiap perbuatannya terdahulu.

Dengan begitu nasib kita dapat dipastikan, tidak akan sama dengan nasib investor ataupun spekulator di bursa saham sana. Yang kallo lagi untung, bisa bernasib sama dengan para pemegang saham HM Sampoerna disekitar bulan oktober 2009 : yang untung gede karena di borong sahamnya seharga Rp. 10.600,- oleh Philip Morris. Tapi kalau lagi sial, akan bernasib tidak jauh berbeda seperti pemegang saham BUMI. Yang dibulan Juni 2008, sahamnya berharga setinggi langit (Rp. 8.000-an) tetapi beberapa bulan kemudian, sekitar bulan November, anjlok jadi Rp. 2.000-an. Apa nggak modar ?!

Jadi yang kita tugas kita dalam hidup ini hanya : melakukan apa yang bisa kita lakukan (untuk yang satu itu dijamin : selalu akan ada yang dapat kita lakukan). Dan menyerahkan apa yang tidak dapat kita lakukan (yang masih misteri, yang diluar jangkauan) pada TUHAN. That’s it ! So simple…(*)




Senin, 11 Oktober 2010

Foto Bugil

Foto Bugil
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom




Apa yang akan Anda lakukan jika melihat folder dengan nama diatas di laptop atau PC Anda ? Tepat ! Jika Anda kebetulan berjenis kelamin laki-laki, hampir dapat dipastikan Anda akan segera meng-klik folder tersebut dan mencari tahu, ada apa gerangan didalam sana. Naluri laki-laki.

Begitu juga dengan diriku. Salah seorang staff kami memberikan ku external harddisk yang didalamnya terdapat folder “Foto Bugil”. Ini tentunya sangat mengagetkan. Terlebih karena external disk adalah external kantor. “Siapa gerangan yang berani berporno-ria disini ?!”, umpatku didalam hati setengah menuduh. Baru kali ini ada yang nekad, mengundang benda-benda seperti itu masuk kesini !

Setelah diklik, ternyata kosong. Walaupun memuat kata “Bugil”, aku tidak menemui sesosok gambar apapun didalamnya, yang tentunya mewakili kata tersebut. Aku tersenyum. Rupanya cuma iseng, gumanku dalam hati. Apapun itu mereka harus ditegur. Jika itu mereka lakukan dirumah, dikamar atau dalam kehidupan mereka sendiri, terserah. Tapi tidak disini.

Ketika baru saja hendak berteriak memanggil salah seorang staff, tiba-tiba saja aku teringat sesuatu. Astaga, jangan-jangan… !!

Tapi segalanya, sudah terlambat. Virus “Foto Bugil” sudah menginfeksi PC ku. Karena punya background IT yang lumayan dan pernah bekerja 8 tahun di divisi Teknologi Informasi, pada salah satu bank swasta terbesar di Indonesia, check and richeck segera kulakukan. Hasilnya ? Untunglah virus “Foto Bugil” tidak melakukan sesuatu yang membahayakan. Ia hanya membuat shortcut terhadap seluruh file Anda. Segera sesudah itu kita akan melihat folder “Foto Bugil” bertebaran dimana-mana. Belum lagi file-file shortcut berukuran 1 KB yang memenuhi komputer/laptop kita ! Tidak perduli berapa kali Anda menghapus folder tersebut, system autorestore windows akan dengan senang hati mengembalikan “Foto Bugil” ketempat semula. Memang tidak berbahaya, namun cukup menjengkelkan.

Tetapi apapun itu, “Foto Bugil” sukses membuat orang senewen, hanya karena berhasil memanfaatkan sebuah kekuatan besar dalam diri manusia. Kekuatan itu bernama : rasa ingin tahu.

Tanpa kekuatan yang satu ini hidup akan terasa sangat monoton. Kekuatan inilah yang membuat anak-anak kita membongkar apa saja yang ia lihat. Memakan benda apapun yang menarik hati. Dan melakukan apa saja yang tidak pernah Anda duga sebelumnya. Rasa ingin tahu juga membuat manusia dewasa menemukan berbagai hal luar biasa dalam hidup ini.

Laksana pedang bermata dua, rasa ingin tahu dapat menjadi senjata yang luar biasa, sekaligus melukai bahkan membunuh tuannya. Tidak hanya TUHAN, Hantu alias setan pun ikut-ikutan memanfaatkan kekuatan yang satu itu untuk menarik pengikut.

Lakukan wawancara pada mereka-mereka yang terjerat berbagai obat, minuman dan pergaulan terlarang. Atau mereka yang bercerai karena salah satu berselingkuh. Ataupun orang-orang yang terjerat pornografi. Atau mereka yang terjerat oleh perdukunan, klenik, syrik dan segala tetek bengeknya. Hampir dapat dipastikan, 90% akan berkata :
“Mulanya sih coba-coba”
“habis pengen tahu”
“penasaran yang gak habis-habis”

Rasa ingin tahu jugalah yang membuat video tiga artis top Indonesia –yang tidak ketahuan juntrunganya itu- beredar keseluruh jagat raya. Mengendarai internet, mobilephone, PC, DVD dan apa saja yang dapat ditungganginya. Menambah kotor pikiran pria-wanita dewasa. Menodai pikiran-pikiran bersih nan cerdas generasi muda kita.

Rupanya semua ini masih permulaan. Only beginning !

Maka oknum-oknum tertentu –hanya karena uang- mulai mengimport PornStar (Bintang Film Porno) dari luar negeri, masuk ke Indonesia. Yahoo pun ikut mempromosikan kedatangan mereka ke Indonesia. Dari sejak Miyabi yang menimbulkan kontroversi (keingintahuan mereka-mereka yang sebelumnya sama sekali tidak tahu siapa dia) sampai Si X yang sekarang beneran datang.

Bukan tidak mungkin generasi muda yang dulu nya dipenuhi rasa penasaran tentang “hubungan suami istri” kini telah tercekoki dengan ilusi gila bahwa : pornografi adalah bisnis menguntungkan ! Bintang film porno adalah karier cemerlang !! Tidak ada yang salah dari itu semua !!!

Rupanya kita mulai terbiasa akan semua itu. Terlanjur menganggap benda mematikan itu –pornography-sebagai boneka imut-imut yang lucu.

Jangan kaget jika suatu saat nanti disekolah-sekolah, pada saat guru bertanya tentang cita-cita, ada sebagian anak-anak yang akan menjawab dengan berteriak : “Jadi bintang film porno, Bu Guruuuu !!!”

Seorang sahabat pernah mengingatkan, “Rasa ingin tahu -tidak bisa tidak- akan membawa kita ke dua jalur finish yang berbeda. Yang satu : kemuliaan, tentunya jika jalur yang dipilih dalam memuaskan rasa ingin tahu itu adalah hal-hal kebaikan, seperti : ilmu pengetahuan, pelayanan pada sesama dan kepuasan bathin dalam pengenalan pada Sang Pencipta. Sedangkan yang lain adalah : kebinasaan. Ini berlaku pada mereka-mereka yang memuaskan rasa ingin tahu mereka pada jalan-jalan keburukan. Tidak seperti tercebur dalam lumpur hidup, yang mana seseorang akan dengan sadar berontak, walaupun kian terhisap. Jalan-jalan keburukan, membuat pengikutnya tidak sadar akan apa yang terjadi. Semakin tersesat, semakin asyik, namun sekonyong-konyong, dihancurkan sedemikian rupa.

Pilihan beserta seluruh konsekuensinya, berada ditangan kita masing-masing !(*)



Senin, 04 Oktober 2010

Poorly Made in China (Abal-Abal Produk China)

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom



Siapapun tahu bahwa dalam hal teknologi dan industri, dunia barat lah pionernya. Mereka yang pertama. Akan tetapi, tidak berarti bangsa-bangsa yang kebetulan bertengger dalam peringkat : ketiga, ketujuh, kedelapan tidak mampu mengejar ketertinggalan mereka. Seperti kata pepatah : mereka yang bersungguh-sungguh, pasti berhasil.
Kita ambil Jepang sebagai contoh. Bangsa Jepang juga dikenal sebagai bangsa peniru. Bahkan konon, kesungguhan bangsa ini tampak, pada pencurian ilmu yang mereka lakukan, –sekali lagi- konon sampai sedemikian, sehingga para relawan rela menyimpan buku-buku didalam perut mereka sendiri !! Ilmu itu kemudian mereka pelajari, dan terapkan. Maka terciptalah Toyota, Honda dan begitu banyak produk lainnya. Yang walaupun pada awal kemunculannya sempat dipandang sebelah mata. Namun, falsafah ‘Kaizen’ sanggup membuat mereka selalu belajar dan memperbaiki diri. Hasilnya : lihat sendiri bagaimana produk-produk mobil Jepang tidak hanya merambah keseluruh dunia. Tapi juga menguasai.

Contoh yang kedua, adik tiri kita yang kualat : Malaysia ! Konon -untuk yang ketiga kalinya- mereka belajar dari Indonesia. “Petronas itu dulu belajar dari Indonesia lho !”, kata salah seorang pejabat senior Pertamina, entah bangga entah minder. Hasilnya ? Petronas berlari demikian kencang meninggalkan gurunya, yang ngesot jauh dibelakang. Terlalu lemah, terlalu gemuk, terlalu banyak korupsi.

Kini contoh yang ketiga, yang paling dahsyat dari semuanya : China. Produk buatan China merambah tidak hanya Indonesia, juga keseluruh dunia. Dengan nama-nama produk ‘plesetan’ yang kadang lucu terdengar ditelinga, produk China laris manis, terutama karena satu hal : super murah ! Saking murahnya, sampai-sampai membuat frustasi para pengusaha dari berbagai negara didunia. Malah banyak dari antara mereka banting stir, beralih fungsi jadi pedagang. Importir produk China. Tetapi walaupun digemari, merupakan rahasia umum –yang ini bukan konon- produk China dikenal rendah mutunya.

Lalu tersebutlah sebuah buku: Poorly Made in China, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi : Abal-Abal Produk Cina. Buku yang sangat provokatif mencaci-maki, kadang lewat berbagai lelucon produk China. Paul Midler, Sang Penulis, mengaku sebagai ‘orang dalam’ yang mengetahui seluk beluk produk China. Entah apa yang melatarbelakangi penulisan buku yang dipastikan membuat geram pemerintah China ini. Paul Midler sendiri dalam berbagai interview, mengungkapkan keinginannya untuk ‘memberitahu’ para pembeli dunia, khususnya rakyat Amerika, ‘kebenaran’ yang diketahuinya.

Sebagian pengamat menyambut baik apa yang dilakukan Midler, sebagian lagi memandang bahwa semua ini ada hubungannya dengan upaya Negeri Paman Sam, memperbaiki perekonomian mereka.

Apapun itu. Entah abal-abal atau asli, ada satu hal penting yang harus dipelajari Indonesia dari Bangsa China. Tentunya bukan cara memalsu atau trik penurunan kualitas yang disebut Paul Midler sebagai ‘quality fade’. Tetapi, sesuatu dibalik itu semua. Sesuatu yang tentu memainkan peran luar biasa dibalik layar. Kesuksesan serbuan produk China, tentu tidak dapat dipisahkan dari kesungguhan peran pemerintahan China yang membina dan memfasilitasi UKM dan seluruh pengusaha di sana. Mereka, pemerintah China, tidak menfokuskan diri pada gedung bertingkat dan pusat belanja. Namun ‘sungguh-sungguh’ pada peningkatan ekonomi rakyat. Dengan kata lain : berkembangnya produk rumahan sebuah UKM jauh lebih penting daripada segala indikator perekonomian –yang kadang menyesatkan- yang dibanggakan itu, padahal dalam kenyataan : rakyat berada dalam kondisi lapar, kebanjiran dan kemiskinan.

Semoga para pemimpin bangsa ini mulai ‘bersungguh-sungguh’ dan bukan sekedar bermain kata, tebar pesona, sebar citra, dengan berfoto ria –narsis ala ABG- supaya ‘dianggap’ sungguh-sungguh kerja ! (*)