Sabtu, 27 Agustus 2011

Sebuah "Tapa Bratha Nyepi" yang Tak Disengaja


by Made Teddy Artiana



Bagi mereka yang belum pernah melewatkan malam nyepi di Bali, maka hari ini adalah hari tergelap dan tersunyi di Bali.
Seluruh lampu diseluruh penjuru Bali padam, tidak boleh ada seorangpun keluar rumah dan bunyi-bunyianpun dilarang..

Catatan ini kutulis dalam gelap gulitanya malam Nyepi. Ketika mata ini tidak juga dapat terpejam, meskipun malam sudah sangat larut.

Sama sekali bukan karena aku tidak terbiasa tidur dalam gelap, namun karena kegelapan yang sekarang sedang menaungi seluruh Bali ini sungguh-sungguh bermakna “gelap” dalam arti sebenar-benarnya. Tidak ada cahaya manapun yang sanggup menuntun mata ini untuk sekedar menghibur hati.

Karena kegelisahaan ini semakin menjadi-jadi, kuputuskan untuk membangunkan kembali laptop tercinta...that’s what friends are for.

Aku tidak sedang melakukan Tapa Bratha, yang memang dilakukan oleh saudara-saudaraku umat Hindu pada saat malam, di Hari Raya Nyepi. Tidak bisa tidur, hanya itu persoalanku. Dan dalam kegelapan yang benar-benar pekat ini, agak susah membedakan apakah mata ini sudah terpejam, ataukah memang belum terpejam. Hampir tidak ada bedanya. Karena memang sama-sama hitam pekat.

Entah mengapa, tiba-tiba saja aku merasa sangat tidak berdaya. Jangankan makan, untuk berjalanpun jadi tidak seleluasa dulu. Beberapa insiden menjengkelkan melengkapi nya. Benjut karena terantuk kursi makan, itu yang pertama. Kemudian betapa sulitnya menggunakan senter menemukan dimana aku meletakkan kameraku tadi. Lalu yang tidak kalah menjengkelkan adalah BB yang tidak sengaja tertendang olehku.
Dan konyolnya lagi..sedari tadi aku berusaha keras membesarkan mata ini selebar-lebarnya..hanya untuk melihat telapak tanganku sendiri...mudah ditebak : gagal maning..Son..gagal maning.

Kegelapan membuat kita merasa tidak berdaya. Mirip dengan keterbatasan yang kerap kali membuat kita terdiam pasrah, tidak tahu harus berbuat apa. Kendali yang kita kira tergenggam erat ditangan ini ternyata semu belaka. Ternyata, dalam gelap kita semua bagaikan orang-orang bodoh yang begitu bingung ingin berbuat apa.
Agaknya kegelapan juga mengandung kesamaan yang demikian kuat dengan kehidupan. Keterbatasan yang sama. Ketidaktahuan serupa. Sehingga tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Hendak kemana hidup dan kehidupan ini bergerak. Bahkan, apakah kita masih bernyawa dalam satu menit kedepan pun, tidak ada satu orang hebatpun dapat memastikannya.

Ternyata kita semua berdiri dalam gelap. Bodoh dan tidak tahu apapun !

Sangat mengherankan jika selama ini kita merasa tahu segalanya. Membusungkan diri atas nama pengejaran atas segala ambisi, seolah-olah masa depan itu adalah milik kita. Seolah-olah adalah sebuah kepastian, bahwa semua kerja susah payah kita itu akan kita nikmati dikemudian hari. Seolah-olah kita penguasa kehidupan kita sendiri, padahal we know nothing about our future ! Hanya kemarin yang kita miliki, sementara detik pertama setelah sekarang adalah misteri.

Aku jadi teringat sebuah untaian syair seseorang yang kurang lebih berbunyi demikian : “Suruhlah terang dan kesetiaan Mu itu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung Mu yang kudus.”

Betapa benarnya syair tersebut.

Dalam kegelapan, ketidatahuan dan misteri hari depan ini, kita sangat membutuhkan terang dan kesetiaan Sang Khalik untuk dapat berjalan. Terang, karena memang tanpanya kita akan selalu berjalan dalam gelap gulita kesana kemari tak tentu arah. Kesetiaan, karena memang dibutuhkan kesabaran ilahi untuk menuntun orang-orang seperti kita ini. Orang-orang buta sombong yang tidak pernah menyadari kebutaannya.

(.....menarik nafas panjang.....)

Kini saatnya menghentikan tulisan ini lalu bersujud penuh kesadaran dihadapan Dia Yang Maha Tahu, sambil berbisik memohon : “Suruhlah terang dan kesetiaan Mu itu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung Mu yang kudus”.

Terima kasih TUHAN untuk sebuah malam magis yang luar biasa ini..setidaknya aku belajar banyak justru dalam kegelapan. Disaat sepasang mata lahiriah kesulitan untuk melihat, maka mata hatipun mengambil alih tugas tersebut.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar