Sabtu, 27 Agustus 2011

Aku Percaya, Aku Beruntung..tung..tung !


by Made Teddy Artiana




Hampir disetiap pertemuan dengan seseorang yang ku anggap telah sukses, selalu saja ada godaaan untuk melontarkan pertanyaan berikut : “Tips nya apa nih Pak supaya sukses seperti Bapak ?” Hampir dapat dipastikan jawaban yang selalu saya terima adalah : “Bekerja keras.”

Sebagian orang tentu sependapat dengan ku, bahwa jawaban itu klise dan standard banget. Celakanya, walaupun berulang kali menerima jawaban yang itu-itu saja, rupanya aku tidak pernah kapok. Hingga suatu saat, dalam sebuah kesempatan aneh, aku berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan seorang sahabat yang notabene ada pengusaha yang sangat sukses. Tetapi lucunya ketika pertanyaan serupa aku lontarkan, agak mengejutkan karena jawaban yang kuperoleh sangat berbeda.

Menurut nya seorang yang berada pada golongan kaya, menengah atau miskin dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut.

80% hoki, 20% kerja keras adalah ciri orang kaya
50% hoki, 50% kerja keras adalah ciri orang menengah
20% hoki, 80% kerja keras adalah ciri orang miskin

Kita mulai dari bawah keatas.

Jadi rumusan itu dapat diartikan begini, jika kerja keras Anda itu 80% tetapi hanya menghasilkan sedikit, itu berarti hoki(baca : keberuntungan) Anda hanyalah 20% dan Anda sudah pasti berada pada lapisan ‘orang miskin’.

Nah jika, kerja dan hasil Anda sebading, dalam artian 50% kerja, 50% hoki, dapat dipastikan Anda berada pada lapisan kedua, alias kelas menengah.

Hal yang sama berlaku pada lapisan teratas atau golongan orang kaya. Anda akan segera berangkat kearah kaya, jika hoki Anda 80%, sehingga hanya dibutuhkan kerja keras sebanyak 20%.

Pertama kali ketika mendengar formula itu aku pribadi spontan membantah nya : “Kok bisa ?” Apalagi jika mendengar kata ‘hoki’ serta merta pikiranku terarah pada sesuatu yang bersifat ‘bawaan’ atau ‘anugerah’ atau ‘dari sononya’ alias nggak bisa dipaksain. Wong udah nggak hoki gitu loh…kira-kira demikian.

Sedari dulu memang aku agak alergi dengan satu kata itu. Tetapi jujur aku tidak punya nyali untuk berdebat dengan ‘orang kaya raya’ yang sekarang duduk di depan hidungku ini. Dia tidak hanya punya teori, tapi juga bukti. Ngedumel dalam hati adalah pelampisan terbaik disaat-saat seperti ini. Namun syukurlah, menurut sahabat ku tersebut, hoki itu bisa diciptakan. Bisa direkayasa. Oh ya ? Sure !

Langkah pertama, ketahui dulu apa sih yang mengundang keberuntungan itu.
Langkah kedua, berubah.
Langkah ketiga, membiasakannya.

Mendidik diri untuk terbiasa menerapkan hal itu hingga environment hoki itu terekam di alam bawah sadar kita dan pada saat diperlukan …jreeeeeeng!!!…otomatis nongol kepermukaan.

Orang kaya raya itu kemudian memberikan contoh yang sangat sederhana. Naik sepeda. Waktu baru belajar, minta ampun susahnya, babak belur, benjut dan sebagainya itu sudah biasa. Pernah bertemu orang yang baru belajar naik sepeda yang tidak pernah jatuh ? Rasanya tidak pernah. Tetapi segalanya menjadi berbeda, ketika kita sudah menguasai sepeda itu. Kini pertanyaanya adalah pernah bertemu orang yang telah mahir bersepeda dan berpikir keras setiap ingin mengayuh pedal nya ? Jawabannya persis sama. Rasanya tidak pernah.

Demikianlah juga dengan kebiasaan-kebiasaan yang ‘berkuasa’ untuk mengundang hoki. Lagi-lagi menurut sahabat ku itu, ia menganjurkan untuk senantiasa berlatih hingga ketrampilan mengundang hoki itu sungguh-sungguh terekam dan menjadi kebiasaan yang mendarah daging di alam bawah sadar kita. Ditanggung kerja keras Anda tersisa hanya 20%, karena yang 80% sudah di handle oleh binatang bernama ‘hoki’.

Bicara soal hoki, tiba-tiba saja aku teringat sebuah quote milik Thomas Lanier Williams III atau yang lebih dikenal dengan nama Tennessee Williams. Penulis sandiwara kelas dunia yang sangat tersohor disekitar tahun 1930-1983 dan telah banyak menerima penghargaan. Beliau sempat sedikit berceloteh tentang hoki. “Luck is believing you're lucky.”

Ini good news bagi ku. Karena menurut ku, kalimat ini dapat dijadikan starting point yang cukup bagus untuk mulai menarik hoki kepangkuan kita. Untuk mengundang hoki datang, sangat simple : mempercayai bahwa kita beruntung.

Satu hal lagi, ijinkan aku sedikit mengutip sebuah kalimat dari seorang yang paling bijaksana yang pernah hidup didunia ini, Raja Solaiman, namanya, dalam sebuah syair beliau pernah menulis : “Percuma saja bekerja keras mencari nafkah, bangun pagi-pagi dan tidur larut malam; sebab TUHAN menyediakannya bagi mereka yang dikasihi-Nya, sementara mereka sedang tidur. “

Menggelitik memang. Apakah segalanya ini terlalu disederhanakan ? Ataukah memang demikian sederhana, hanya saja karena campur tangan kita ini, manusia-manusia yang sering menganggap dirinya begitu pandai, akhirnya malah merumitkan segala yang sesuatu.
Yang sebenarnya sederhana, jadi ribet..hehehehe !! (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar