Selasa, 05 Maret 2013

Konsep "Cicilan" dalam Kehidupan



#Artikel ini kutulis saat, terjebak hujan lebat di sebuah lobby kantor milik clientku, yang berdinding kaca.


Menyaksikan hujan yang semula hanya butiran kemudian berubah menjadi guyuran.
Persis seperti terang-gelapnya hari.
Dari gulita, kemudian rembang lalu beranjak siang.
Dan sore pun datang menggantikan terik, mengantar hari kembali ke malam.

Rupanya konsep "cicilan" bukan ciptaan bank, apalagi tukang kredit panci.
Mereka mengadopsinya dari alam.
Dan karena alam didesain oleh Sang Khalik, maka konsep "cicilan" berasal dari TUHAN.

Tidak terbayangkan jika dari malam, hari sekonyong-konyong jadi siang. Betapa mengejutkan!
Bukan hanya manusia yang akan tersiksa, ayam jantanpun akan kebingungan menempatkan kukuruyuk mereka.

Lalu seandainya saja, hujan langsung tumpah,
tanpa terpecah dalam butiran,
seperti apa hancurnya segenap tanaman dan hewan?
Daratan akan rusak berat, karena tidak siap menerima air yang digelontorkan langit.

Yang mengerikan adalah seandainya saja kita, manusia dibuat "quantum leap" alias meloncat..
dari bayi langsung dewasa kemudian tiba-tiba mati, tanpa melewati masa tua.

Lalu bagaimana dengan rejeki, kedewasaan, persahabatan, kebijaksanaan,
hubungan atasan dan karyawan, hubungan patner bisnis...termasuk cinta dalam pernikahan...
dan lain-lain..?

TENTU konsep "cicilan" berlaku mutlak bagi setiap anggota kehidupan.

Jika segalanya memerlukan proses, mengapa begitu banyak manusia haus akan ke-instan-an?
Jelaslah..merindukan segalanya bisa jadi instan..melawan kodrat hidup.
Karena bahkan memasak mie instan sekalipun diperlukan proses.
Bukannya beli, telan, kenyang lalu keluarkan...

Tidak heran jika seseorang yang TIBA-TIBA saja kaya, sukses,
tanpa kesiapan mental dan moral yang memadai
besar kemungkinan akan SEKONYONG-KOYONG berantakan kehidupannya.

Karena KESABARAN akan sebuah proses adalah satu-satunya jalan menikmati yang terindah, dari TUHAN.
Jadi segala pahit getir, manis asin, pekerjaan, bisnis dan apapun juga dalam hidup ini
harus dipandang sebagai proses..menuju penggenapan suatu Mahakarya yang indah.

Seperti kata Sang Pengkotbah (Raja Sulaiman) ribuan tahun yang lalu
"Ia (TUHAN..membuat segalanya indah..pada waktu-NYa (waktu TUHAN)"

atau dalam pepatah bahasa Arab-nya : Man Shabara Zafira..
"orang yang bersabar..(tidak bisa tidak)..pasti akan beruntung"

(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar