Kamis, 11 Maret 2010

We Love You, Bunga Cintra Lestari !!

oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
-company profile developer-


Jika ada yang bilang ku lupa kau
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku tak setia
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Jika ada yang bilang ku tak baik
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku berubah
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Saat kau ingat aku ku ingat kau
Saat kau rindu aku juga rasa
Ku tahu kau s'lalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik
Yang bisa ku lakukan
Tuhan yang tahu ku cinta kau


Hampir semua orang tahu potongan syair diatas adalah lagu milik Bunga Citra Lestari. Coba luangkan waktu mengamati syair-syairnya. Isinya tentang cinta, godaan, kesetiaan yang sungguh dan TUHAN.

Cinta dan kesetiaan memang tidak dapat dipisahkan dari TUHAN.

Sekarang bandingkan dengan syair-syair perselingkuhan yang laku keras akhir-akhir ini. Lagu-lagu yang memandang remeh terhadap kesetiaan, cinta dan sekaligus memandang remeh terhadap TUHAN sumber segala sumber cinta.

(para alim ulama dan tokoh agama berkata : “para artis dan pencipta lagu-lagu jenis ini suatu saat-cepat atau lambat- akan berurusan dengan DIA dan merasakan betapa uang yang mereka dapatkan dari semua itu tidak akan mampu menghibur, mengobati dan mendatangkan damai sejahtera bagi mereka. As long as lagu-lagu perselingkuhan milik mereka bergema dan mempengaruhi orang, selama itu pula laknat itu akan terkirim, bahkan sampai ke liang lahat !!”)

Jika demikian lagu milik BCL itu laksana kolam renang di tengah padang pasir, emas diantara kotoran sapi yang menggunung atau burung cendrawasih dianata kumpulan burung bangkai.

Memang lagu tidak dapat dijadikan satu-satunya penyebab terjadinya segala kekacauan akibat perselingkuhan ini. Semuanya berpulang pada pribadi masing-masing. Tetapi lagu-lagu, film, TV, radio dan sebagainya memegang peranan luarbiasa dalam menformat bawah sadar seseorang.

Tidak percaya ? Silakan buktikan sendiri.
Selama satu minggu kedepan, berhenti mendengarkan lagu-lagu bertema perselingkuhan (atau segala sesuatu yang tidak membangun) lalu gantikan dengan sesuatu yang memotivasi.

Bahkan tak jarang lagu-lagu perselingkuhan menjadi semacam theme song bagi seseorang yang sedang menjalaninya, sehingga mereka seolah-olah merasa sedang beradegan disebuah video klip.

Memang kadang akibatnya bisa jadi tidak langsung terasa, tetapi lagu-lagu yang “nakal” (aku lebih suka menyebutnya : jahat) dapat dianalogikan seperti seseorang yang sedikit demi sedikit sedang membangun tembok pembatas dan tersadar setelah tembok itu terlalu tinggi untuk diloncati, terlalu kuat untuk dirubuhkan, terlalu perkasa untuk dikalahkan.

Siapakah yang dapat membawa bara api dalam bajunya dan tidak terbakar karenanya ?

Demikian pula perselingkuhan. Dunia terlanjur mempromosikan “racun tikus” ini sebagai vitamin yang menawarkan petualangan, kesegaran dan kenikmatan. Aman dan harus dicoba. Padahal perselingkuhan hanya akan membawa sebuah luka bathin yang susah disembuhkan, kehancuran dan ketidakharmonisan dengan hidup dan Sang Pencipta.

Bagaimana kira-kira nasib bangsa ini jika orang-orangnya tidak memandang hormat terhadap cinta, kesetiaan dan pernikahan ? Padahal manusia dibentuk pertama kali dan terutama didalam keluarga mereka ?

Sementara orang-orang tua –kehilangan hikmat- menanggapi itu hanya dengan tersenyum tipis : “Dasar anak muda jaman sekarang”. Atau malah menjadi tauladan bejat dengan berselingkuh bak anak muda.

Bagaimana jika korban perselingkuhan adalah ibu kandung kita ? atau ayah kandung kita ? Apakah nikmat rasanya jika anak, adik, kakak kita terluka karenanya ? Atau jika kita korbannya adalah kita sendiri ? Jika demikian mengapa kita seringkali memposisikan diri sebagai sales marketing perselingkuhan ?

Client kami, seorang mantan pengusaha ternama (dan anak pengusaha ternama pula) yang kemudian bangkrut, karena ulah sang ayah yang berselingkuh dengan artis, nyata-nyata menjadi korban tragis semua itu. Bahkan dihari pernikahannya, dengan mata basah oleh air mata dan wajah memendam luka, ia dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan sang ayah masih bermesraan dengan selingkuhannya, didepan istri dan semua undangan pernikahan.

Padahal bukti terbesar cinta kita pada anak-anak kita, adalah mencintai ayah/ibu mereka –atau pasangan kita- dengan tulus dan setia. Harta, kesuksesan, jabatan hanya nomer sekian yang menyenangkan namun belum tentu membahagiakan.

Belum lagi seorang client kami yang lain, nyaris bunuh diri karena dua minggu sebelum acara pernikahannya berlangsung (semuanya telah disiapkan, bahkan undangan sudah tersebar). Calon istrinya membatalkan seluruh rencana pernikahan dan kabur dengan selingkuhannya.

Padahal bakti terbesar kita pada kedua orang tua kita adalah menjadi manusia berakhlak mulia, yang bisa mereka banggakan dihadapan TUHAN kelak. Karena tidak satupun bentuk kesuksesan, harta, jabatan yang terlalu hebat dan dapat dibanggakan waktu itu.

Belum lagi curhat via email seorang ibu dengan dua anak, yang begitu menderita bathin karena terpaksa beradegan palsu setiap hari, dengan berpura-pura tidak mengetahui perselingkuhan suami, demi keutuhan rumah tangga dan anak-anak tercinta.

Ada pula seorang pengusaha warung tenda yang sukses yang akhirnya bangkrut lontang-lantung ditinggal istri karena berselingkuh dengan wanita lain dan kini terpaksa jadi sopir angkot.

“Saya kualat sama istri saya Mas”, katanya disuatu kesempatan padaku sambil menangis tersedu-sedu penuh penyesalan,”tapi sekarang sudah terlambat Mas, sudah terlanjur hancur-hancuran. Sudah kering kali air mata ini Mas minta ampun”.

Daftar ini jika dipanjangkan besar kemungkinan akan jadi sebuah buku setebal ratusan halaman.

Seorang sahabat pernah mengingatkan, “Perselingkuhan atas nama apapun adalah sebuah bentuk penghinaan terhadap keberadaan TUHAN.”

Seorang Ustadz yang sangat terkenal, dalam sebuah kutbah nikah tak bosan-bosan mengingatkan, bahwa suami yang sukses dan mulia adalah suami yang mencintai, setia dan memuliakan istrinya.

Akhir kata :

“TUHAN yang tahu, ku cinta kau”

BCL, semoga dirimu dan Ashraf berbahagia selalu dan entah apakah ada upaya pemakzulan presiden atau tidak, yang jelas…LANJUTKAN !!!

(we love you BCL)

(***)